Foto: Net.
Ada deru yang kurindu setiap hari ketiga puluh:
Kisah tentang lembaran baru,
Jiwa-jiwa penuh dosa yang suci kembali,
Juga sanak saudara yang jarang bertemu
menjadi satu
Ialah Ramadhan yang telah pergi,
Berganti Fitri yang akan pulang.
Mengetuk setiap pintu hati,
Dalam getar sanubari
menyatu di urat nadi..
Aku masih saja menjadi bedebah pongah; kerap bermain petak umpet dengan Tuhan.
“Tuhan, boleh kan kusembunyikan beberapa dosaku dariMu?”
Ujarku dua puluh sembilan hari yang lalu,
Ujarku puluhan hari yang lalu,
Ujarku ratusan hari yang lalu,
Ujarku pada hari-hari yang tak terhitung lagi.
Kerinduanku padaMu masih sama, Tuhan!
Pada takbir yang dikumandangkan,
Pada rendang dan sambal goreng bapak,
Pada ibu yang suka berbelanja
Pada adik yang mau uang THR banyak..
Juga pada air mata yang selalu kuteteskan saat kupeluk keluarga kecilku.
Hanya kini semakin takut..
Karena manusia tak pernah tahu kapan nyawanya dicabut.
Karena waktu akan terus berlanjut,
Dengan atau tanpa aku.
Ada deru yang kurindu setiap hari ketiga puluh: namun bukan lagi sekedar deru.
ada rasa takut
Yang tersamar oleh sebuah tanya,
“Tuhanku, apakah kau izinkan aku bertemu ramadhan dan fitri pada hari ke tiga puluh di tahun yang akan datang?”
Bandung, 05 Juli 2016
-Faza Rahim