Foto: Net.
Suaramahasiswa.info, Bandung- Berbagai macam makanan bersantan, pedas dan kue kering memang sangat menggiurkan, dan acapkali dijadikan ‘teman’ berkumpul keluarga saat lebaran. Namun, tampaknya kita harus waspada terhadap bahaya dari makanan tersebut. Billy Muchamad Ramdani, Dokter Umum di IGD dan Poliklinik Rumah Sakit Happyland Medical Center Yogyakarta, menjelaskan bahwa saat hari H atau H+1 lebaran, biasanya banyak yang masuk IGD karena sistem pencernaannya terganggu.
“Penyakitnya meliputi dyspepsia atau rasa tidak nyaman di ulu hati dan diare cair. Keluhan sistem pencernaan memang menjadi urutan pertama pada kasus pasca lebaran. Karena asupan yang terlalu cepat dan banyak saat Idul Fitri. Hal ini membuat saluran cerna atas dan bawah kehilangan adaptasinya sehingga muncul masalah-masalah sepele seperti di atas,” jelasnya saat di wawancarai pada Sabtu (9/7).
Billy menambahkan jika selanjutnya ada sistem kardiovaskuler, terutama pasien-pasien dengan riwayat hipertensi. Menurutnya, selama puasa asupan makanan kurang lebih empat belas jam sehingga cenderung terkontrol. Ketika lebaran tiba, sering kali metode ‘pembatasan’ asupan selama puasa terlupakan.
Lalu bagi yang memiliki riwayat hypercholesterolemia akan mengalami lonjakan nilai kolesterol dimasa-masa lebaran akibat makanan-makanan seperti lontong, opor, sate, kue kering. Menurut Billy, ini yang dinamakan sistem metabolisme. Terakhir, ada sistem musculoskeletal, makanan menjadi faktor penyebabnya. Penyakit yang muncul pun biasanya rematik (gout, remathoid maupun osteoartrtis).
“Makanan bersantan pasca puasa, sangat berpengaruh menyebabkan gangguan saluran cerna terutama pada lansia. Pun dengan sambal dan kue kering yang sama-sama berbahaya jika tidak dibatasi asupannya. Saya menyarankan makan secukupnya, hindari makanan seperti santan bagi yang memiliki kolesterol. Untuk penderita hipertensi hindari garam berlebih. Umumnya, berikan waktu saluran cerna kita untuk beradaptasi terhadap makanan,” tutupnya. (Intan S.Dewi/SM)