Suasana lorong kelas di Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba), Jl. Tamansari I yang kosong pada Jumat (1/9). Perkuliahan di Tahun Ajaran 2023/2024 menggunakan sistem luar jaringan (luring) dan hybrid, penerapannya pun dikembalikan kepada masing-masing fakultas. (Foto: Melani Sri Intan/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba– Universitas Islam Bandung (Unisba) kembali menerapkan sistem pembelajaran secara luar jaringan (luring) dan hybrid pada semester ganjil Tahun Akademik 2023/2024, pelaksanaannya pun tetap dikembalikan kepada masing-masing fakultas dan dosen pengampu mata kuliah. Selain itu, sistem pembatalan mata kuliah atau Batal Tambah dihapuskan.
Kepala Bagian (Kabag) Akademik dan Karir Dosen Rully Nurhasan mengatakan jika Unisba masih menerapkan sistem luring dan hybrid karena mengacu pada peraturan Rektor nomor 100 tentang pemanfaatan E-Kuliah. Dengan begitu, untuk seluruh akses media pembelajaran, seperti absensi mahasiswa dan Berita Acara Perkuliahan (BAP), akan tetap menggunakan Sistem Informasi (Sisfo) dan Sistem Informasi Akademik (Siakad).
Rully menambahkan, alasan Unisba tidak menerapkan sistem luring secara penuh karena model pembelajaran kini sudah berkembang. Selain itu, kebijakan tersebut juga selaras dengan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi terkait dengan model pembelajaran jarak jauh.
“Jadi nanti pembelajarannya memang dikembalikan lagi kepada dosennya masing-masing, namun apabila ada dosen yang Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) membutuhkan tatap muka penuh ya dipersilakan karena kelasnya sudah memadai,” jelas Rully pada Jumat (1/9).
Selain itu, ada empat gedung yang akan digunakan untuk perkuliahan semester ganjil, di antaranya Gedung Unisba Jalan Tamansari I, Gedung Unisba Jalan Rangga Gading, Gedung Pascasarjana, dan Gedung Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM). Rully juga mengatakan saat ini Unisba masih melakukan pengecekan fasilitas pendukung pembelajaran, seperti pengecekan proyektor, pengeras suara, pendingin udara, serta alat pendukung lainnya.
Perwalian Dikembalikan pada Fakultas Masing-Masing
Adapun, terkait sistem perwalian penentuan kelas akan dikembalikan kepada fakultas masing-masing mengingat ruang dan kapasitas kelas yang terbatas. Rully juga mengatakan agar pihak fakultas dapat mengatur dan menyesuaikan dengan fasilitas dan mahasiswanya. “Nah kita nanti akan terus komunikasi dengan fakultas, kalau ada jadwal yang bentrok apakah akan ada kelonggaran masuk terlambat atau kebijakan lain,” ucap Rully.
Ia juga berharap agar kebijakan tersebut tidak memunculkan dinamika yang besar agar tidak berdampak dan merugikan mahasiswa. “Secara logika ya seharusnya dalam satu semester itu tidak ada jadwal yang bentrok, kalau pun ada, ya itu (terjadi, Red) ketika mengambil mata kuliah semester atas atau bawah,” ungkapnya.
Peghapusan Batal Tambah
Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun ajaran ini Unisba menghapus sistem Batal Tambah. Rully mengungkapkan jika tujuan dihapusnya batal tambah untuk mengoptimalkan peran dosen wali dalam perencanaan perkuliahan mahasiswanya. Di sisi lain, adanya Batal Tambah sangat memberikan dampak bagi tim akademik ketika ada perubahan jadwal kelas atau pun dosen.
“Kan batal tambah itu bukan hanya untuk perubahan jadwal kelas mahasiswa, tapi juga untuk perubahan dosen yang signifikan itu akan berdampak bagi kita yang merancangnya, baik itu dari segi E-kuliah, Sisfo, dan lain sebagainya,” ungkap Rully.
Rully pun menuturkan jika kebijakan tersebut sudah disetujui oleh dekan seluruh fakultas. Oleh karena itu, ia berharap agar mahasiswa dapat lebih matang dalam menyusun jadwal perkuliahan.
Menanggapi hal tersebut, salah satu mahasiswa Fakultas Dakwah angkatan 2021 Gally Raka Siwi menilai jika kebijakan tidak adanya Batal Tambah memiliki sisi negatif dan positifnya. “Sisi baiknya ya mungkin membuat kita mahasiswa harus menyusun jadwal dengan teliti dan matang, sisi buruknya ya kalo tetap ada yang bentrok jadi susah untuk memperbaikinya,” tutur Gally pada Jumat (1/9).
Senada dengan Gally, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Faisal Syahrul Abidin menuturkan jika dirinya tidak merasa keberatan dengan adanya penghapusan sistem Batal Tambah. Namun, ia berharap agar pihak Fakultas membebaskan mahasiswa dalam memilih kelasnya sendiri.
Reporter: Melani Sri Intan/SM
Penulis: Melani Sri Intan/SM
Editor: Tsabit Aqdam Fidzikrillah/SM