Suaramahasiswa, Unisba–Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Universitas Islam Bandung (Unisba) mengadakan workshop bertajuk “Penguatan Kapasitas Mahasiswa/i dalam Memahami dan Mitigasi Kekerasan Seksual” pada Rabu, (6/11). Workshop yang dilaksanakan di Student Center (SC) Unisba ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
“Ini adalah amanat dari Permendikbud (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), bahwa salah satu tugas satgas (Satgas PPKS-Red) itu adalah untuk melakukan pendidikan publik, pendidikan tentang anti kekerasan dan diskriminasi, diskusi tentang kesetaraan gender, tentang hal-hal disabilitas, tadi kan materinya ada, jadi ini adalah salah satu program yang ada di divisi pencegahan,” ujar Ketua Satgas PPKS Unisba, Dian Andriasari.
Workshop diikuti oleh sekitar 25 mahasiswa dari berbagai fakultas di Unisba. Para peserta disajikan lima materi, yaitu mengenai gender dan kekerasan seksual dalam Islam, dasar hukumnya, lalu pendampingan psikologi pada korban trauma, etika menjaga kerahasiaan korban, serta strategi komunikasi dengan korban.
Dian juga menambahkan, sistem seleksi untuk partisipan workshop ini dilakukan dengan melibatkan korespondensi antara pihak fakultas di Universitas. Setiap fakultas akan diminta untuk mengirimkan delegasi sementara beberapa peserta mendaftar secara langsung.
Terlepas dari itu, tantangan terbesar dalam penanganan kekerasan seksual terletak pada stigma masyarakat yang sering kali menyalahkan korban. Selain itu, cara pandang lingkungan sekitar terhadap kasus kekerasan seksual juga menjadi hambatan utama dalam penyelesaian masalah ini.
“Stigmatisasi atau paradigma berpikir masyarakat dalam melihat korban merupakan problem utama, kalau untuk tantangan terbesarnya adalah paradigma lingkungan dalam melihat kasus KS (Kekerasan Seksual-Red), tidak hanya melihat korban bahkan melihat kasusnya, bahkan berpandangan ini bukan kasus kekerasan seksual, “ kata Dian.
Menurut Dian, situasi di Unisba dan kampus lainnya saat ini masih marak terjadi kasus kekerasan seksual. Selain itu, banyak mahasiswa yang tidak mengetahui keberadaan Satgas PPKS ini menjadi tantangan terbesar baginya.
Meski begitu, Dian berharap dapat menciptakan agen-agen pencegah kekerasan seksual. Hal tersebut agar para mahasiswa lebih mengetahui tindakan yang harus dilakukan sehingga akan terciptanya ruang aman.
“Kita bisa membentuk, melahirkan agen-agen pencegah kekerasan seksual, mencegah agen agen di unit terkecil gitu, biar mahasiswa atau dan memahami dan bisa mengadvokasi, jadi mahasiswa tahu dan menguasai sebenarnya kekerasan seksual itu apa, “ ungkapnya.
Salah satu peserta workshop, Kautsar Ibrahim, menilai bahwa acara ini memberikan dampak positif karena membahas Kekerasan Seksual secara mendalam dari berbagai pandangan. Ia juga berharap dengan adanya Satgas PPKS ini dapat mengurangi bahkan tidak ada lagi kasus Kekerasan Seksual di lingkungan kampus.
Peserta workshop lainnya, Arman Akbar, menanggapi bahwa workshop ini memberikan pemahaman dan pelatihan tambahan kepada mahasiswa agar lebih memahami kekerasan seksual serta langkah-langkah pencegahannya. “Tentu dengan pelatihan ini kita dapat lebih aware terhadap tindakan atau perilaku kekerasan seksual di lingkup kampus, “ ungkap Arman.
Reporter: Alfira Putri Marcheliana Idris & Linda Puji Yanti/SM
Penulis: Linda Puji Yanti/SM
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM