
Ilustrasi cara berpakaian mahasiswa Unisba ketika melakukan kegiatan perkuliahan. (Foto: Syifa Khoirunnisa/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Rektor Universitas Islam Bandung (Unisba) akan segera menerbitkan Surat Keputusan (SK) baru terkait etika berpakaian bagi seluruh civitas akademika. Wakil Rektor (Warek) III, Amrulloh Hidayatudin mengungkapkan bahwa SK ini akan disahkan pada semester ganjil tahun ajaran 2022/2023.
Terkait perubahan aturan, Amrulloh menjelaskan bahwa dahulu civitas akademika hanya menerapkan etika berpakaian di dalam lingkungan universitas saja. Namun kini, harus dipatuhi juga ketika ada aktivitas diluar universitas dengan mengatasnamakan Unisba. Selain itu, bagi civitas akademika wanita diwajibkan untuk memakai hijab.
“Semua kegiatan akademik dan non-akademik baik didalam maupun diluar kampus yang mengatasnamakan Unisba, harus mematuhi aturannya,” ujarnya saat diwawancarai pada Senin, (06/06).
Selain itu, SK aturan berpakaian ini sudah memiliki draft dan siap untuk disahkan, tapi, Amrulloh tidak ingin gegabah dalam menerbitkan aturan. Pasalnya, di Unisba sendiri terdapat sumber daya manusia yang bukan beragama muslim. Ia pun menerangkan, draft yang sudah dibuat nanti nya akan dikaji oleh bidang pusat kajian terlebih dulu.
Untuk teknis yang akan diterapkan saat SK telah disahkan, akan ada Satuan Tugas (Satgas) yang ditugaskan di lingkungan kampus, “Nanti ada penegaknya, akan ada Satgas yang bekerjasama dengan seluruh komponen, kalau ada yang melanggar, nanti lapor nya kepada satgas untuk diberikan sanksi.”.
Kepala Bagian Peningkatan Ruhul Islam dan Pengelolaan Masjid, Muhammad Yunus mengatakan, selain untuk meningkatkan ruhul islam, SK baru ini dibuat sebagai pembenahan surat keputusan dalam penerapan etika berpakaian yang kurang efektif di lingkungan Unisba.
“Kalau tidak salah, dulu-dulu memang ada (SK), cuma sekarang, ya nggak tau lah ya. Mungkin tercecer, sehingga berkas nya tidak ketemu. Nah, sekarang mau diwajibkan kembali supaya menjadi ciri khas Unisba.” Ucapnya setelah ditemui di Kemahasiswaan Unisba pada Jumat, (27/05).
Yunus juga menjelaskan, aturan berpakaian nantinya akan diberlakukan secara serentak di setiap fakultas. Jika ada mahasiswa atau mahasiswi yang tidak berpakaian islami, maka tidak akan mendapatkan pelayanan akademik. Baik itu urusan dalam pengambilan sertifikat pesantren, atau urusan-urusan mahasiswa yang berhubungan dengan persoalan akademik
Menanggapi hal tersebut, Wakil Dekan (Wadek) III Fakultas Hukum (FH), Dini Dewi Heniarti belum mengetahui terkait adanya aturan baru berpakaian, tapi Dini yakin para pemangku kebijakan memiliki tujuan untuk kebaikan bersama. “Saya yakin bahwa ketika ditetapkannya SK tentang berbusana islam, rapi, dan sopan itu untuk kemaslahatan, untuk keamanan, untuk menekan, maaf kata misalkan untuk menekan hawa nafsu.”
Selain Wadek III FH, Wadek III Psikologi, Suhana juga menyambut baik penerbitan SK ini sebab sudah selayaknya sebuah institusi formal mengatur kebijakan dalam hal berpakaian. Pun sebelumnya tidak ada aturan yang mengikat terkait mahasiswi yang menggunakan hijab di Fakultas Psikologi.
Senada dengan Suhana, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), Atie Rachmiatie juga menyambut baik hal tersebut, namun, Ia merasa ada hal yang lebih penting daripada peraturan berpakaian mahasiswa yaitu dalam hal perilakunya. “Sebetulnya sih bukan tentang berbusananya ya, menurut saya yang lebih penting itu pembentukan akhlak,” Ungkap Atie saat ditemui di Gedung Dekanat Unisba, Lantai 7, Selasa (7/6).
Hal ini pun mendapat tanggapan dari beberapa mahasiswa Unisba, salah satunya adalah mahasiswa Fakultas Hukum, Siti Aisyah Maulidina yang setuju dengan adanya etika berpakaian di lingkungan Unisba. Menurutnya, universitas yang berkonsep islam, sebaiknya cara berpakaian pun harus mencerminkan nilai islam.
Berbeda dengan Siti Aisyah, mahasiswa Fikom, Vanessya Azalia Dewi merasa keberatan dengan adanya penetapan SK berhijab. Menurutnya, cara berpakaian itu kebebasan individu, “Sebenernya sih keberatan sama adanya kebijakan tersebut, karena menurut aku soal hijab itu persiapan hati individu dan nggak bisa dipaksain.” Katanya saat diwawancarai lewat pesan daring pada Jumat, (10/6).
Pewarta: Syifa Khoirunnisa
Penulis: Reza Umami
Editor: Tazkiya Fadhiilah Khoirunnisa