Suaramahasiswa.info, Unisba- Universitas Islam Bandung (Unisba) menjadi titik evakuasi terhadap korban yang terluka saat berlangsungnya aksi demonstrasi pada hari Kamis dan Jumat, (22-23/8). Hingga kini, tercatat sebanyak 31 korban luka-luka di hari Kamis dan 87 korban di hari Jumat.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor III Unisba, Amrullah Hayatudin mengatakan bahwa sistem evakuasi di Unisba pada hari Jumat memiliki koordinasi yang lebih baik dibandingkan hari sebelumnya. Pasalnya pihak kampus telah berkoordinasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Unisba (BEMU), satpam, tenaga medis, kepala keamanan dan ketertiban (Kamtiber), serta kepolisian.
“Sepanjang aksi pasti koordinasi dengan BEMU. Mereka melaporkan ke kemahasiswaan dan kita crosscheck ke kepolisian betul jika aksi sudah berizin, kita berikan kepada mereka bahwa aksi misalkan jam 18.00 sudah selesai, makanya tadi sebagian besar massa aksi Unisba sebelum magrib sudah balik ke Unisba,” jelasnya saat diwawancarai pada Jumat (23/8).
Amrullah pun melanjutkan, bahwa pihak kampus telah memfasilitasi kebutuhan para tenaga medis. Selain itu, tenaga medis memiliki jumlah lebih banyak dan memakai seragam khusus agar mudah diidentifikasi.
Meskipun begitu, menurut Tegar Fitriyana selaku Dokter yang bertugas menangani korban aksi saat itu mengatakan bahwa fasilitas medis masih terbilang kurang. Pihak medis tidak memiliki bed atau setidaknya velbed tentara (kasur lipat), obat-obatan yang mulai kedaluwarsa, dan kurangnya tabung oksigen.
Ia pun menjelaskan kebanyakan korban mengalami memar otot, tulang, dan gangguan pada lambung. Lanjutnya, selama evakuasi sempat terjadi kekacauan namun para tim medis masih dapat mengatasinya.
“Selain alat medis kita juga cukup terkendala begini, kan banyak orang juga yang ingin membantu tim medis tapi tidak koordinasi ke kita, dan enggak semua bisa kita terima karena nanti malah tambah chaos dan apakah mereka itu memang beneran medis atau oknum yang punya kepentingan, kita perlu wadah untuk yang ingin membantu kita berkoordinasi dengan pihak luar begitu,” tuturnya saat diwawancarai pada Jumat (23/8).
Di sisi lain, Dedi Kurniawan sebagai relawan medis dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat (Jabar) mengatakan bahwa sistem evakuasi pada Jumat tidak teratur dibanding evakuasi di Kamis, terutama bagi tim medis. “Situasi ini sangat miris melihat kita sebagai medis yang udah pakai seragam medis dan jelas mempunyai kendaraan ambulan malah dilempari dan dipukuli. Seharusnya aparat menjalankan ketertiban kami dalam evakuasi terhadap korban,” jelasnya saat diwawancarai pada Jumat (23/8).
Sejalan dengan Dedi, Maul sebagai salah satu massa aksi yang ikut terkepung saat evakuasi juga mengatakan bahwa sistem evakuasi pada hari Jumat lebih buruk. Walaupun jumlah tim medis lebih banyak dari hari sebelumnya, evakuasi tidak berjalan lancar dan banyak tim medis yang dijegal aparat kepolisian hingga mengalami kekerasan.
Dengan adanya hal tersebut, salah satu korban, Kadal (bukan nama sebenarnya) sebagai relawan medis di lapangan, mengaku mendapatkan tindak kekerasan dari Organisasi Masyarakat (Ormas) yang mengadu domba antara aparat kepolisian dan massa aksi. Namun, kondisinya cepat pulih berkat pertolongan massa aksi lain dan tim medis evakuasi yang tanggap.
“Waktu evakuasi itu chaos dan saya tertahan di Trunojoyo. Ada beberapa Ormas, kepala saya di (lempari, Red) balok, luka saya di kepala kedua kalinya di balok Ormas dan mereka tidak percaya kalau saya tim medis sampai saya kehabisan energi dan napas setelah itu saya udah setengah sadar ngga inget apa-apa lagi,” ujarnya saat diwawancarai pada Jumat (23/8).
Di sisi lain, Firman, salah satu massa aksi dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bandung yang dievakuasi mengalami tindakan kekerasan dari aparat. Ia menjelaskan bahwa dirinya mendapatkan tendangan di bagian kepala ketika terjatuh saat ingin melarikan diri sehingga kepalanya mengalami benjolan.
“Awalnya kesandung pot dan jatuh, terus kepala ditendang sama polisi, pas saya balik badan ditendang terus habis-habisan, kan awalnya hidung berdarah terus ini kepala juga benjoll, untungnya ada ambulan yang menghampiri saya,” ucapnya saat diwawancarai pada Jumat (23/8).
Dengan adanya peristiwa ini, Maul pun mengharapkan pada aksi demonstrasi kedepannya, para massa aksi dapat terkonsolidasi dalam satu suara. Begitu pula dengan Kadal, ia berharap, seluruh massa aksi dari mana pun dapat saling membantu dan tidak terpecah atau mengasingkan dari massa aksi yang lain.
Selain itu, Amrullah berharap aksi yang telah dilakukan selama dua hari ini tidak berakhir sia-sia dan dapat didengar oleh pemerintah. Senada dengan Amrullah, Dedi pun mengharapkan agar para aparat kepolisian dapat lebih menjaga emosi serta terus mengayomi dan menjalankan tugas sesuai fungsinya.
Reporter: Alfira Putri Marchelina Idris/SM & Adelia Nanda Maulana/SM
Penulis: Muhammad Fikri Fadillah/SM & Adelia Nanda Maulana/SM
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM