
Suasana aksi demonstrasi menuntut evaluasi kebijakan efisiensi anggaran di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat pada Senin, (17/2). (Foto: Ridho Faathir/SM).
Suaramahasiswa.info, Unisba- Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus menggelar aksi bertajuk “Selamatkan Pendidikan” di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat, Jalan Diponegoro 27, Kota Bandung pada Senin, (17/2). Aksi ini digelar untuk menuntut pencabutan kebijakan pemerintah yang mendukung liberalisasi, privatisasi, dan komersialisasi pendidikan.
Salah satu koordinator massa aksi, Ainul Mardia mengatakan aksi ini dilatarbelakangi oleh efisiensi anggaran pendidikan demi program Makan Bergizi Gratis. Ia mengatakan bahwa kebijakan ini menyebabkan ketimpangan antara program tersebut dengan pendidikan yang seharusnya diutamakan sesuai dengan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945.
“Kok semua uang dipakai buat makan bergizi gratis? Sedangkan, sampai saat ini mahasiswa enggak bisa makan tuh. Berarti ada ketimpangan, para kapitalis birokrat ini melanggengkan semua kebijakannya. Untuk mengeruk keuntungan dari SDA (Sumber Daya Alam, Red) dan SDM-nya (Sumber Daya Manusia, Red) Indonesia.” Ujarnya saat diwawancarai pada Senin, (17/2).
Selain menyoal pendidikan, ia mendesak realisasi reforma agraria sejati dan meminta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) segera mengesahkan Rancangan Undang-undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PRT). Diketahui bahwa RUU PRT itu tertunda selama 20 tahun.
Menurut Ainul, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh mahasiswa adalah membangkitkan kesadaran, mengorganisir, dan kemudian menggerakkan. Ungkapnya, kesadaran dianggap sebagai langkah awal, sebab pemahaman yang tak cukup akan menciptakan masyarakat enggan untuk turun ke jalan.
Salah satu massa aksi, M Adjie Satrio mengikuti aksi ini untuk menyuarakan keberatannya terkait kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT). “saya masuk ke UPI (Universitas Pendidikan Indonesia, Red) lewat jalur mandiri lumayan tinggi ya. Ada kabar UKT bakal dinaikin, uang pendidikan bakal dipangkas. Kita sekeluarga, lumayan terberatkan akan hal itu. Jadi, saya datang ke sini mau menyuarakan itu.” Jelasnya.
Sementara itu, massa aksi lainnya, Rehan mengatakan ia mengikuti aksi ini sebagai bentuk perlawanan terhadap rezim saat ini. Menurutnya, jika bukan mahasiswa yang turun, maka tidak ada lagi yang akan melakukannya. Ia berharap, perjuangan yang dijalankan dapat membawa berkah dan dapat terwujud di kemudian hari.
“Semoga apa yang sudah kita jalankan dan sudah turun ini, mempunyai berkah buat kita semua. Dan kita semua menginginkan apa yang kita ingin-inginkan tercapai dan terjadi untuk di kemudian hari.” Ujar Rehan saat diwawancarai pada Senin, (17/2).
Maka dari itu, Rehan berharap pemerintah dapat mendengarkan aspirasi rakyat sehingga tercapainya tujuan aksi demonstrasi kali ini. Lebih lanjut, Adjie mengharapkan agar pemerintah dapat mempertimbangkan kembali mengenai efisiensi anggaran yang menyinggung beberapa sektor ini.
Ainul berharap, negara dapat merespon atas tuntutan-tuntutan yang dilayangkan terhadap negara. “Negara harus mampu merespon dengan cepat tuntutan kita. Dengan menaikkan anggaran, mewujudkan pendidikan yang ilmiah, demokratis, dan mengabdi kepada rakyat.” Pungkasnya.
Reporter: Siska Vania/Job & Muhammad Raihan Abudzar Al-Ghifari/Job
Penulis: Muhammad Raihan Abudzar Al-Ghifari/Job
Editor: Alfira Putri Marcheliana Idris/SM