
Ilustrasi kampanye. (Foto: Tribun Jabar)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Ramainya pesta demokrasi di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 terasa hingga di institusi pendidikan. Termasuk di Unisba, beberapa dosen menyebabkan kerisihan di antara mahasiswa karena kecondongan dosen terhadap salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Sophia Fitriani, mahasiswa Fakultas Hukum 2018 mengatakan beberapa dosen bahkan sengaja menanyakan pilihan mahasiswa secara langsung.
“Aku ngerasanya sih kaya kampanye,” ujarnya saat ditemui di Kampus Ranggagading pada kamis (14/2). Sophia menceritakan, saat di kelas dosen secara langsung bertanya mengenai pilihan mahasiswa. Salah satu mahasiswa di kelas kemudian menyatakan pilihan yang berbeda dengan pilihan dosennya. Dosen tersebut langsung menyambar bahwa nilai mahasiswa itu akan mendapat nilai E.
“Itu langsung disambut gelak tawa semua mahasiswa dan dosen itu ikut tertawa seolah memang membenarkan bahwa itu hanya candaan,” tambahnya. Meski begitu, Sophia dan teman – teman sebayanya masih merasa dosen tersebut sedang berkampanye.
Permasalahan itu pun dirasakan oleh Darul, Fakultas Dakwah 2018. Darul mengatakan dosennya melakukan hal yang sama. “Kalau di kelas aku ada juga seperti mengunggulkan salah satu paslon saja, ngomongin yang bagus – bagusnya tapi enggak sampe menjelek – jelekkan paslon lain.”
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam (Mipa), Suwanda menyebut hal tersebut mungkin bukan kampanye karena dosen bukan anggota tim kampanye dan kampanye ada waktunya. Suwanda menambahkan mungkin lebih tepat jika hal tersebut seperti testimoni terhadap pasangan calon yang ada.
“Lebih ke diskusi terbuka bersama mahasiswa di sela – sela waktu kuliah atau diwaktu luang bersama mahasiswa mungkin ya,” ujarnya.
Reporter: Verticallya Yuri
Penulis: Verticallya Yuri
*Pernyataan dari saudari Sophia Fitriana, tidak didapat dengan cara yang tepat. Hal ini murni kesalahan penulis yang menginterpretasikan sendiri ucapan narasumber dari perbincangan pribadi. Saudari Sophia tidak merasa pernah bermaksud mengartikan ceritanya sebagai bentuk “kampanye” tetapi hanya cerita candaan biasa.