Wartawan Senior, Ridlo Easy saat menyampaikan informasinya tentang bahaya hoaks disinformasi, pada Selasa (25/9/2018). Dynamic Nasionalis Community (DNC) Indonesia menyelenggarakan acara ini untuk menangkal hoaks dan menyukseskan Pemilu 2019 nanti.
Suaramahasiswa.info, Bandung – Dynamic Nasionalis Community (DNC) Indonesia menggelar kegiatan Diskusi Publik: Media Jabar Bersatu Tangkal Hoax Guna Sukseskan Pemilu 2019 di Krang Kring Cafe, Jalan Ciliwung pada Selasa (25/9). Diskusi ini terbuka bagi kalangan pers kampus, mahasiswa, juga awak media di Jawa Barat. Acara ini dihadiri oleh tiga praktisi dalam Pendidikan, Wartawan Senior Ridlo Easy, Wakil Rektor 3 Universitas Sangga Buana YPKP Deni Nurdyana, dan Kepala Diskominfo Kota Bandung Ahyani Raksanagara.
Di tengah banjirnya informasi, Wartawan Senior Ridlo Easy mengatakan hoaks seringkali bertebaran di mana-mana khususnya dalam ranah politik, bahkan kesehatan. Menurutnya hoaks yang paling mengerikan saat ini yaitu hoaks disinformasi. “Disinformasi paling bahaya. Sebanyak 97 persen benar, dan hanya 3 persen yang salah. Tentunya itu menyakitkan orang, dan biasanya hoaks ini dilakukan oleh tentara dalam perang,” ujar Ridlo.
Ridlo meminta masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap berita apapun, siapa pun, di mana pun tentang informasi yang didapatkan. Namun ia menyukuri saat ini, untuk ke kota pelajaran tabayyun sudah mulai masuk. “Kalo di kota ada pak RT/RW, masyarakat kita nampaknya kebal. Mereka (warga) bisa menanyakan terkait beritanya benar apa enggak.” Ia pun ingin para wartawan tidak memberikan itikad buruk dengan sengaja berbohong untuk melukai orang yang membaca beritanya tersebut.
Kehadiran hoaks pun meresahkan Wakil Rektor 3 Universitas Sangga Buana YPKP, Deni Nurdyana Hadimin. Ia mengungkapkan berita hoaks lima tahun terakhir ini baru muncul. Menurut Deni, disinformasi lebih mudah menyebar di media penyiaran. “Kalo dalam Islam menyebarkan aib itu sudah ghibah. Apalagi hoaks ini masuk ke arah fitnah,” ujarnya.
Deni juga menceritakan munculnya hoaks banyak muncul saat pemilihan wali kota dan gubernur yang bersifat provokatif. Saat pemilihan presiden yang ada dua kubu, menurut Deni pasti muncul berita yang saling menjatuhkan pula.
Kepala Diskominfo Kota Bandung, Ahyani Raksanagara menuturkan antisipasi tangkal hoaks sudah dilakukan dengan gerakan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), aduan konten yang dibuat Kemenkominfo, lalu juga aplikasi Hoax Buster. Menurut Ahyani, di sana para relawan praktisi pendidikan bisa saling berdiskusi dan peduli kepada masyarakat untuk menghindari hoaks.
Ahyani menjelaskan, tugas terberat di masyarakat saat ini adalah meliterasi. Ia berharap bagaimana caranya masayarakat mau menjadi polisinya hoaks, tidak cuma dari pemerintah. “Tugas kita mencegah. Kami berharap dapat meningkatkan sensifitas masyarakat. Peduli mau melaporkan juga memverifikasi. Mari menguatkan sehingga kuat.” (Fadhila/SM)