Massa aksi terlibat bentrok dengan petugas kepolisian di Gedung DPRD Jawa Barat, Jalan Diponegoro No. 27, Kota Bandung pada Senin (23/9/2019). (Edgina Rizqon/SM)
Suaramahasiswa.info, Bandung – Mahasiswa se-Jawa Barat menggeruduk Gedung DPRD Jawa Barat (Jabar), Jalan Diponegero No. 27 pada Senin (23/9). Mereka menolak keras rencana RKUHP, RUU PAS, RUU Pertanahan, dan pengesahan RUU KPK yang dinilai bermasalah.
Sekitar pukul 11.00 WIB, massa aksi dari berbagai perguruan tinggi Jawa Barat berkumpul di titik awal, yakni Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Menurut pantauan Suara Mahasiswa, jumlah massa aksi lebih banyak daripada aksi pada 17 dan 18 September.
Usai tiba di depan Gedung DPRD, perwakilan mahasiswa dari berbagai elemen kampus menyuarakan pendapatnya. Mereka menuntut utang yang belum diselesaikan DPRD pada aksi sebelumnya.
Beberapa saat kemudian, salah satu anggota DPRD Hasbullah Rahmad keluar dari gedung. Ia meminta perwakilan mahasiswa untuk melakukan dialog. Namun massa aksi tidak mengamini itu. “Tadi sudah ditemui, dimintai perwakilan untuk dialog. Mereka menolak, mau 2000 orang yang masuk.”
Presiden Mahasiswa Unisba, Luthfi mengatakan jika aksi ini tidak dilanjutkan dengan sidang rakyat oleh DPRD, maka akan ada aksi lanjutan. “Untuk kedua kalinya tidak bisa masuk atau tidak ada sidang rakyat, maka kita akan memaksa masuk untuk sidang rakyat,” kata mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unisba.
Korban Berjatuhan
Usai Hasbullah menolak permintaan dari mahasiswa, mereka mulai memanas. Massa aksi mendobrak-dobrak pagar dan melempari benda-benda ke arah Gedung DPRD. Di sana, polisi mencoba menahan dengan menyemburkan water cannon sampai menembakkan gas air mata.
Dalam demonstrasi tersebut, beberapa massa aksi menjadi korban. Dari data yang diperoleh Suara Mahasiswa dari Korps Sukarela (KSR) Unisba, jumlah korban saat ini mencapai 98 orang.
Mahasiswa Fisip Universitas Pasundan (Unpas), Edo menjelaskan ia berada di barisan paling depan untuk menenangkan massa aksi. Namun Edo pun terkena hantaman polisi. “Saya pun terjatuh, tau-tau sudah ada di Gedung DPRD.”
Salah seorang anggota pers mahasiswa bernama Rian Hamdani mengalami pendarahan hingga beberapa jam tidak sadarkan diri. Saat itu, ia hendak mengabadikan momen polisi lalu terkena lemparan batu yang mengenai kepalanya. Mahasiswa Politeknik Piksi Ganesha itu pun dibawa ke rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.
Selain massa aksi, polisi pun menjadi korban demonstrasi. Lewat Instagram TMC Polsrestabes Bandung, polisi yang terluka dievakuasi usai mengamankan demonstrasi.
Titik Akhir di Unisba
Massa aksi kemudian berhamburan ke Unisba. Para korban juga dibawa untuk mengungsi. Komisi A Dewan Amanat Mahasiswa Unisba (DAMU) mengatakan, Unisba dijadikan titik terakhir karena lokasinya yang dekat dengan tempat demonstrasi.
Wakil Rektor III Unisba, Asep Ramdhan Hidayat mengatakan pertolongan pertama untuk para korban dari berbagai kampus sudah ditangani oleh Unisba. Namun, jika perlu ditangani rumah sakit, kata Asep, hanya mahasiswa Unisba yang bisa.
“Kita bantu semuanya, karena urusan kemanusiaan, tanpa melihat kampus. Tapi jika ke rumah sakit, mahasiswa Unisba punya asuransi,” ucapnya kepada Suara Mahasiswa.
Aksi Lanjutan di Jakarta
Rektor Unisba, Edi Setiadi mengatakan jika ia tidak melarang mahasiswanya untuk melakukan unjuk rasa.
“Saya tidak melarang saudara melakukan berbagai aksi-aksi, tetapi tetap harus jaga semangat dan nilai perjuangan saudara silahkan. Jangan jadi mendarah daging dengan diam di kampus tapi tidak peduli terhadap penderitaan masyarakat,” katanya. Edi pun berencana memberikan akomodasi bagi mahasiswa Unisba untuk aksi di Jakarta.
Luthfi mengatakan 20 orang perwakilan Unisba siap berangkat ke Jakarta pada Selasa (24/9). Ia menyebut orang yang berangkat perlu memiliki kondisi mental dan jasmani yang kuat. “Persiapan dalam satu malam saya rasa cukup,” katanya.
Selain itu, ia juga mengkampanyekan boikot kuliah pada Selasa (24/9) demi mendukung gerakan mahasiswa Unisba di Jakarta. Sebelumnya, beredar informasi terkait diliburkannya kuliah. Kemudian pihak Kemahasiswan Unisba mengkonfirmasi bahwa informasi tersebut tidak benar.
Revisi 30 September 2019 13.25: Pernyataan Rektor Unisba, Edi Setiadi yang semula “Saya tidak melarang saudara melakukan berbagai aksi-aksi, tetapi tetap harus jaga semangat dan nilai perjuangan saudara silahkan. Jangan jadi mendarah daging dengan diam di kampus tapi tidak peduli terhadap penderitaan masyarakat,” menjadi “Saya tidak melarang saudara melakukan berbagai aksi-aksi, tetapi tetap harus jaga semangat dan nilai perjuangan saudara silahkan. Jangan jadi menara gading dengan diam di kampus tapi tidak peduli terhadap penderitaan masyarakat.”
Reporter: Edgina Rizqon, Febrian Hafizh Muchtamar, Shella Mellinia Salsabila, Aryana Catur Rangga, Fadil Muhammad, Ifsani Ehsan Fachrezi
Penulis: Febrian Hafizh Muchtamar & Fadil Muhammad
Editor: Ifsani Ehsan Fachrezi