
Proses Pengamatan Hilal Penentuan Bulan Zulhijjah 1446 Hijriah di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) pada Selasa, (27/5).
Suaramahasiswa.info,- Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) melaksanakan Rukyatul Hilal hari pertama Bulan Zulhijjah 1446 Hijriah di lantai atap Gedung Fakultas Kedokteran Unisba pada Selasa, (27/5). Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, hilal yang menunjukkan awal Bulan Zulhijah masih belum terlihat.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Kepala Observatorium Albiruni, Encep Abdul Rojak, yang mengatakan jika hilal yang masih terlihat tidak memenuhi kriteria Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS). Adapun, tidak terlihatnya hilal di Observatorium Albiruni disebabkan oleh beberapa faktor.
“Pengamatan hari ini ternyata tidak berhasil, disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya awan tebal disekitar ufuk, ketinggian pula pada hari ini untuk di Kota Bandung itu hanya 1 derajat 55 menit dengan elongasi sudah mencukupi sebetulnya, namun ketinggian nya masih dibawah kriteria MABIMS, kriteria MABIMS itu 3 derajat,” ujar Encep saat diwawancara pada Selasa, (27/5).
Encep melanjutkan, pengamatan hilal dilakukan dengan menggunakan metode Hisab Rukyat. Kemudian, hasil pengamatan yang telah didapatkan akan dilaporkan kepada Kementerian Agama (Kemenag) sebagai pertimbangan dalam Sidang Isbat.
Meskipun begitu, Ketua Pelaksana Acara, Elin Alifah mengungkapkan jika Rukyatul Hilal tetap berjalan dengan lancar mulai dari persiapan hingga pelaksanaan. Acara ini sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu, Rukyat Hilal dan Rashdul Kiblat yang telah dipersiapkan peralatannya seperti, teropong terkalibrasi, tripod theodolite, dan benang untuk membuat bandul penentu bayangan pada tripod.
“Untuk kendala sendiri alhamdulilah tidak ada, paling dari hasil Rukyat yang kali ini kebetulan tidak terlihat,” ucap Elin ketika diwawancara pada Selasa, (27/5).
Selain itu, acara ini dihadiri oleh beberapa instansi diantaranya Badan Hisab & Rukyat Daerah (BHRD), Kemenag Kota Bandung, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) siliwangi Bandung, serta beberapa tamu undangan lain.
Salah satu pengunjung, Risman Mulyana berpendapat jika selain karena faktor cuaca, jarak untuk penentuan hilal di kota Bandung dinilai belum cukup. “Kebetulan kalau yang saya tahu gitu, ya, di Bandung sendiri sangat jauh gitu, kurang terlihat, lah. Beda dengan di Arab, ketinggiannya mungkin sampai 9 derajat.” Ujar Risman.
Elin berharap, para pengurus Observatorium Albiruni tetap konsisten dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan rukyat yang tidak hanya wajib dilakukan tiap tiga bulan tapi juga setiap bulannya. “Kebetulan kan ini (Observatorium Albiruni-Red) dijadikan salah satu titik pengamatan di Indonesia,” ujarnya.
Reporter: Violetta Kahyang Lestari Fauzi & Nabila Siti/SM
Penulis: Kelvin Rizqi Pratama/SM
Editor: Linda Pujiyanti/SM