Suaramahasiswa.info, Unisba – Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Masih ingat dengan kata-kata tersebut? Semboyan ini dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, pelopor pendidikan yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Sebagai bentuk penghormatan kepada dirinya, tepat di setiap tanggal dua Mei dijadikan hari pendidikan nasional (HARDIKNAS) sekaligus kelahiran tokoh yang mendirikan Taman Siswa ini.
Pendidikan mempunyai makna yang berbeda pada setiap orangnya. Dimata Fadhillah Dzikri pendidikan hanyalah sebuah subjek tanpa makna. Menurutnya, dalam dunia pendidikan sekarang terjadi diskriminasi dimana para tenaga pengajar hanya menyukai anak ‘pintar’ sementara anak ‘bodoh’ tidak dipedulikan. “Dari tahun ke tahun tidak ada perbaikan, mungkin ada tapi sama sekali tidak signifikan,” tutur wanita jurusan Fikom Unisba tersebut.
Jika Fadhillah berbicara tentang diskriminasi dalam dunia belajar dan mengajar. Wandi Kurniawan beranggapan pendidikan itu sangat penting dan seharusnya di hari pendidikan nasional ini, dunia edukasi semakin menunjukan perubahan yang lebih baik bukan untuk dirayakan saja. “Hari pendidikan hanya se kedar untuk memperingati Ki Hajar Dewantara,” ungkap mahasiswa jurusan Manajemen Unpas itu. (Wulan/SM)