Sani Miftahudin tengah bercerita mengenai pencapaian yang telah diraih meskipun sempat mengalami kegagalan berkali-kali. (Khalida/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Lugas dan percaya diri, itulah dua kata yang tersirat ketika mendengar Sani Miftahudin berbicara. Pria yang akrab disapa Sani itu, ternnyata telah menorehkan sejumlah prestasi baik di dalam kampus atau di luar. Salah satu contohnya ia terpilih menjadi Duta Muslim Unisba.
Saat itu, Sani mengaku tidak mengikuti seleksi dari awal audisi seperti peserta lain. Awalnya ia tidak tertarik untuk mengikuti ajang seperti itu. Karena ia pernah mengikuti pasanggiri mojang jajaka Kabupaten Bandung dan tidak lolos. Alhasil, ia merasa kurang percaya diri untuk ikut dalam ajang pemilihan lagi. Namun, pada saat seleksi berikutnya ia hadir untuk menyaksikan temannya dari dakwah yang mengikuti audisi. Kemudian tiba-tiba Sani diminta oleh dosen Fakultas Kedokteran untuk mengikuti pemilihan duta muslim tersebut. “Awalnya kaget juga sih tiba-tiba ditodong suruh ikutan, tapi akhirnya saya mencoba untuk mengikuti kompetisi itu meskipun tanpa persiapan sama sekali,” tutur mahasiswa Fakultas Dakwah 2013 itu.
Kegagalan yang pernah dialami saat kontes mojang jajaka, ia jadikan pelajaran bahwa kerendahan hati, perjuangan dan kesungguhanlah merupakan hal yang terpenting. Hal tersebut membuatnya percaya diri ketika ada kesempatan yang baik seperti saat itu. “Awalnya sempat enggak percaya diri, tapi ternyata alhamdulillah atas izin Allah saya dinobatkan sebagai duta muslim Unisba 2015,”ungkapnya dengan bangga.
Bukan hanya menjadi Duta Muslim 2015 yang berhasil ia torehkan, Sani kerap kali aktif mengikuti berbagai kompetisi. Salah satunya dalam organisasi Paduan Suara Mahasiswa (Pasuma), di sana ia selalu terpilih untuk mengikuti berbagai perlombaan. Sani juga pernah mengikuti audisi news anchor hunt Kompas TV di Sabuga. Dari ratusan orang ia terpilih dalam 50 besar, meski kemudian ia tidak terpilih untuk mengikuti tahap berikutnya. “Saya selalu senang berkompetisi, meskipun tidak semuanya berjalan mulus. Tetapi setidaknya pengalaman itu dapat dijadikan pelajaran untuk kompetisi yang lain supaya mencapai keberhasilan,” ujarnya.
Keluarga adalah motivasi terbesarnya, Sani mengatakan berkat kerja keras membesarkan dan didikan orang tuanya lah ia bisa seperti sekarang. Baginya orang tua yang selalu ada saat ia terpuruk dan tetap bangga pada dirimya meski banyak orang meremehkan. Satu hal terpenting yang membuatnya tetap melangkah dalam mencapai semua mimpinya adalah ibu, terutama almarhum ayahnya.
Selain aktif di berbagai kompetisi, Sani juga mengikuti organisasi yang ada di kampus. Ia pun bergabung dalam Paguyuban Duta Kampus Bandung Raya (PDKBR). Meski begitu ia tidak melupakan dirinya sebagai mahasiswa. Akademik tetap menjadi prioritas baginya, untuk yang lainnya itu ia anggap sebagai nilai tambah baginya sebagai mahasiswa.
Sani termasuk orang yang mudah bergaul. Hal ini dituturkan oleh salah satu temannya di Pasuma. Tifani Anita Dewi mengungkapkan bahwa ia bangga memiliki teman yang berprestasi. “Kang Sani itu orangnya supel jadi enak kalau ngobrol sama dia dan juga baik ke semua orang. Sebagai senior saya dia juga selalu ngasih masukan yang positif,” tutur mahasiswa Psikologi 2014 itu.
Endang Syaripudin mahasiswa Fakultas Dakwah 2013 yang juga teman sekelasnya pun mengatakan hal yang sama. Menurutnya sani adalah orang yang baik. “Sani itu lucky man karena apapun yang dia mau pasti didapatkannya khususnya dibidang prestasi. Tetapi semua itu karena kesungguhan dan kepercayaan dirinya,” ungkapnya.
Sani berpesan sebagai mahasiswa harus menjadikan kehidupan kampus dan perkuliahan sebagai ajang berkompetisi. Bukan hanya dalam sisi akademik, tetapi manfaatkan setiap elemen yang ada dikampus salah satunya organisasi. Hal tersebut agar menunjang karir maupun pengalaman untuk terjun ke masyarakat langsung. “Kita harus menjadi mahasiswa yang bermanfaat, sehingga pada akhirnya kita dapat menjadi representasi dari prinsip Mujahid, Mujtahid dan Mujaddid,” pungkasnya. (Khalida/SM)