- Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, Santi Indra Astuti saat ditemui di gedung Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung(Unisba) pada Kamis (19/01/2017). Santi pun menjelaskan masyarakat Indonesia mudah dimanipulasi oleh berita hoax yang berdampak timbulnya provokasi.
Suaramahasiswa.info, Unisba– Selama tahun 2016, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemeninfo) melakukan riset yang menghasilkan telah beredar 800.000 berita kabar bohong (hoax). Terkait berita palsu yang menyeruak, masyarakat Indonesia harus bersikap cerdas agar tidak terjebak dalam pemalsuan berita di internet. Salah satunya insiden yang terjadi di Indramayu adanya kerusuhan antar desa akibat berita provokasi di media sosial.
Hal tersebut pun ditanggapi oleh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), Santi Indra Astuti. Ia menjelaskan masyarakat Indonesia mudah dimanipulasi oleh berita hoax. “Kecenderungan masyarakat indonesia itu sensitif jadi mudah sekali disentil secara emosi tapi tidak berpikir secara rasional atau jernih,” ujarnya saat ditemui di ruang dosen pada Kamis (19/01).
Menurut Ayu Andini, mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) mengaku bingung untuk mengetahui berita yang fakta dan hoax. Menurutnya ia mempercayai saja berita yang dibaca di media mainstream. “Jika beritanya penting tetapi kalau ternyata hoax sangat disayangkan, jatuhnya menipu publik,” ucap mahasiswi 2014 tersebut.
Zidni Hadyarrahman, mahasiswa Prodi Farmasi 2013 menyayangkan fenomena berita hoax ini. Pasalnya pengaruh yang akan terjadi berdampak pada tindakan jangka panjang ke pembaca. “Dengan banyaknya media online yang ada, masyarakat banyak memilih untuk membaca media online dibandingkan koran. Jika disuguhkan berita hoax maka masyarakat akan salah mengambil tindakan yang menimbulkan provokatif.” tuturnya. (Puteri Redha/Job).