Seorang cleaning service sedang memindahkan sampah dari tempat sampah kecil ke tempat yang besar, di depan gerbang Kampus Unisba Jl. Tamansari No. 1, Bandung pada Selasa (10/01/2017). Hingga kini, tempat sampah organik dan anorganik belum merata keberadaannya di lingkungan Universitas Islam Bandung (Unisba). (Aril Yusuf/Job)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Tempat sampah merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk menampung sampah secara sementara. Berdasarkan fungsinya, tempat sampah biasa dibagi menjadi dua tempat, untuk organik dan anorganik. Namun hingga kini, tempat sampah yang terbagi sesuai fungsi tersebut belum merata keberadaannya di Universitas Islam Bandung (Unisba).
Hanya ada beberapa pasang saja yang sudah ditempatkan pada lorong dan selasar gedung-gedung di Unisba. Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Seksi (Kasie) Kebersihan Unisba Robbany, saat dijumpai di Gedung Rektorat lantai 2 pada Jumat (06/01). Ia juga mengungkapkan, menurut catatan yang ada, lingkungan kampus Unisba sudah memiliki 102 tempat sampah yang tersebar di area dalam dan luar gedung perkuliahannya.
Robbany menjelaskan, Unisba belum melaksanakan pemisahan tempat sampah itu karena terdapat beberapa kendala. Mulai dari dana yang besar, lahan penempatan untuk tempat sampahnya, dan juga keamanan dari Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Contohnya, perihal dana yang dikeluarkan untuk membayar ke Dinas Kebersihan Kota Bandung mencapai Rp 6.000.000 perbulannya.
“Kalau mau mengadakan tempat sampah yang terpisah, itu kan tidak cukup satu tapi harus semua lingkungan Unisba jadi belum bisa dilakukan. Harus menunggu anggarannya dulu dan juga adanya sosialisasi ke pihak cleaning service selaku tenaga dilapangan,” ungkap pria yang akrab disapa Ibenk tersebut.
Keberadaan tempat sampah organik dan anorganik itu, dianggap penting oleh Aviasti selaku Ketua Pusat Pengembangan Teknologi dan Lingkungan Hidup (P2TLH) Unisba. Ketika ditanyai perihal permohonan pengadaan tempat sampah, Aviasti mengatakan sudah pernah mengajukan prototype atau gambaran dasarnya untuk tempat sampah organik dan anorganik tetapi masih belum terealisasi.
“Kita waktu itu sudah membuat prototypenya, sudah diajukan ke universitas dan yayasan untuk menyediakan di setiap selasar gedung perkuliahan. Sebetulnya sudah ada beberapa ya (baca: tempat sampah organik dan anorganik), kalau tidak salah yang menyediakan itu dari koperasi dan pihak kebersihan. Tetapi jumlahnya belum mencukupi,” tutur Aviasti saat dijumpai di Lembaga Penelitian Pengembangan Masyarakat (LPPM) Unisba pada Selasa (10/01).
Aviasti pun menjabarkan bahwa setiap tahunnya permohonan tersebut selalu difollow up dan dalam waktu dekat akan ditanyakan lagi. Namun, jika pihak kampus nampak kesulitan ia akan coba mengajukan ke pihak luar seperti Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat ataupun ke Dinas Kebersihan.
Salah seorang anggota Komunitas Clean and Green Unisba Tasya Andhini, memberikan pandangannya terhadap permasalahan ini. Pengadaan tempat sampah organik dan anorganik sangat diharapkan, karena dapat membantu mengoptimalkan kinerja komunitasnya dalam melakukan program daur ulang. “Kita biasa melakukan daur ulang di saung kompos, sampahnya itu berasal dari lingkungan kampus. Sayangnya sampah yang kita dapat masih belum terpilah sesuai kategori karena tidak adanya fasilitas yang memadai,” jelasnya. (Delinda A./Job)