
Potret massa dalam aksi Panggung Rakyat bertajuk “Mendesak Reformasi Kebijakan dan Penegakan Perda Lingkungan” di depan Gedung Sate, Jl. Diponegoro No.22, Kota Bandung pada Selasa, (10/6).
Suaramahasiswa.info, Unisba- Koalisi Gerakan Rakyat Selamatkan Bumi (Gerak SaBumi) menggelar aksi Panggung Rakyat bertajuk “Mendesak Reformasi Kebijakan dan Penegakan Perda Lingkungan” di depan Gedung Sate, Jl. Diponegoro No.22, Kota Bandung pada Selasa, (10/6). Aksi tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diinisiasi oleh 50 organisasi lingkungan dan dikonsolidasikan oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat.
Ketua Dewan Walhi Jawa Barat, Dedi Kurniawan menyampaikan bahwa sebelumnya aksi tersebut telah berlangsung selama satu minggu dan berpuncak pada Selasa, (10/6). Dalam periode tersebut, Koalisi memberikan peringatan terhadap Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait janji-janji pemerintah yang belum terealisasi.
“Sampai saat ini masalah sampah hanya gimmick saja, datang ke Pasar Induk Gedebage, selama tiga hari dibersihkan, hari keempat-nya sampahnya masih ada bahkan sampai sekarang sampahnya masih ada, karena bukan hanya membersihkan tetapi mengelola.” Ujarnya saat diwawancarai pada Selasa, (10/6).
Dedi melanjutkan, aksi ini juga bertujuan untuk menyadarkan jika Hari Lingkungan Hidup tidak hanya diperingati pada hari tertentu saja, tetapi harus dilakukan setiap harinya. Selain itu, adanya ketimpangan pada masyarakat atas program-program pemerintah dan Undang-Undang Pokok Agraria yang tidak dijalankan dengan baik oleh pemerintah.
“Setelah kami periksa sekitar 35 peraturan terkait lingkungan. Kedua, sanksinya sangat ringan contohnya apabila perusahaannya melanggar, maka disanksi 3 bulan atau didenda 50 juta. Perusahaan pasti berani membayar sanksi seperti itu. Tetapi jika ada masyarakat yang menebang satu pohon, itu sampai dipenjara.” Ujarnya saat diwawancarai pada Selasa, (10/6).
Adapun rangkaian aksi yang dilakukan, meliputi orasi, pertunjukan seni, teatrikal, dan terakhir pembacaan tuntutan rakyat. Selain itu, peserta aksi sepakat membentuk koalisi forum rakyat untuk mengawal perjuangan melalui regulasi yang berpihak pada kepentingan masyarakat dan lingkungan.
Selanjutnya Ketua Paguyuban Petani dan Pedagang Nanas (Papanas) Subang, Dian Hardiana ungkap tujuannya menghadiri aksi kali ini untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Ia menyoroti persoalan agraria serta penggusuran kios-kios usaha nanas yang telah berlangsung selama dua minggu tanpa pemberitahuan dari pemerintah dengan alasan penataan.
Menurutnya, sudah menjadi peran dan keharusan bagi pemerintah untuk membuat program yang mensejahterakan rakyat. “Sementara ini petani, pedagang sudah hidup mandiri, tidak minta bantuan oleh pemerintah, tidak ada bantuan dari pemerintah, tapi dia hidup sejahtera sementara saat ini disikat mata pencahariannya.” Ujar Dian saat diwawancarai pada Selasa, (10/6).
Dian juga menilai, kesejahteraan petani dan pedagang dapat menjadi sumber penghasilan rakyat kecil dalam membiayai pendidikan dari anak-anak dan cucu mereka. Ia menegaskan, hal ini tidak bisa disamakan dengan kemampuan orang berpenghasilan tinggi untuk memenuhi sumber kehidupannya.
Dian berharap aspirasi rakyat dapat didengar pemerintah dan tidak sekedar obrolan sebagai konten belaka. “Yang penting kita mohon jangan sebatas omon-omon sebagai konten-konten hitam diatas putih biar ada kejelasan, tanggal sekian, detik sekian akan seperti ini, kita bisa tanggung jawab.” Pungkasnya.
Di sisi lain, Tuti sebagai salah satu massa aksi dari Sumedang menuturkan bahwa ia mengikuti aksi untuk mendorong kemajuan tanah masyarakat yang digunakan untuk berkebun. Ia menambahkan, jika aksi kali ini dapat berjalan lancar sebab masyarakat bekerja sama dan saling mendukung terhadap tuntutan yang disuarakan.
Tuti berharap perkebunan dapat dilimpahkan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. “Kedepannya mau bijaksanalah seperti saya yang datang dari Sumedang, maunya perkebunan dilimpahkan kepada masyarakat terus yang perwakilan dari kota masing-masing, sama mau disejahterakan lebih dekat lagi kepada masyarakat gitu.” Ujar Tuti saat diwawancarai pada Selasa, (10/6).
Reporter: Dandi Pangestu Rusyanadi/SM
Penulis: Violetta Kahyang Lestari Fauzi/SM
Editor: Alfira Putri Marcheliana Idris/SM