Suaramahasiswa.info – 9 Februari 2008, Menjadi sebuah memoar yang tidak bisa dilupakan begitu saja, khususnya bagi para pelaku musik Underground di Bandung. Sebuah tragedi dimana 11 nyawa harus terenggut dalam acara peluncuran album perdana dari salah satu band cadas asal kota kembang Beside, di Gedung Asia Afrika Culture Center (AACC), Jln. Braga, Bandung. Satu tragedi yang menjadi catatan kelam dalam perjalanan komunitas underground di Bandung.
Dampak yang sangat besar ditimbulkan akibat tragedi tersebut. Banyak acara-acara berbau metal dipersulit dan menyebabkan para generasi menjanjikan seakan dikebiri untuk berekspresi menuangkan emosi mereka dalam bermusik.
Melihat fenomena yang terjadi ini membuat band stonner metal asal Jakarta, Seringai merasa gerah dengan apa yang terjadi. Hingga mereka membuat sebuah lagu dengan judul “Dilarang Di Bandung” yang mereka masukan kedalam materi di album terbaru mereka bertitle “Taring”. Lagu ini mereka buat atas dasar bahwa, skena underground Bandung pernah mengalami masa sulit karena tragedi tersebut.
“Lagu itu memang harus ada untuk mengingatkan bahwa kita pernah mengalami masa itu, lebih ke dokumentasi waktu masa gelap Bandung saat tragedy AACC. Tapi kan ketika di organizer dengan baik ya aman–aman aja,” Ujar Arian – vocal (Seringai).
Arian juga menambahkan selain karena sebagai dokumentasi masa kelam skena underground Bandung, lagu ini juga dibuat karena gembar-gembor media yang seakan memvisualisasikan bahwa musik metal itu adalah musiknya kaum bar-bar. Ia berpendapat bahwa wajar bila para penonton bersikap brutal ketika di-pit, karena memang mereka ingin bersenang–senang. (Septian Nugraha/Kontributor)
Foto : Istimewa