Suaramahasiswa.info, Unisba– Puluhan mahasiswa dari berbagai universitas menggelar aksi dengan tajuk “The Dark Age of Indonesia” di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro 22, Citarum, Kota Bandung pada Jumat, (18/10). Aksi ini bertujuan untuk menghakimi dan mengadili kebijakan-kebijakan atas 10 tahun kepemimpinan Joko Widodo dan mengawal transisi ke pemerintahan baru.
Koordinator Lapangan (Korlap), Raissa Sava Wardhana menjelaskan bahwa aksi ini merupakan hasil dari konsolidasi yang diadakan olehBadan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Bandung (Unisba). Pada acara tersebut, masing-masing BEM FFakultas membahas dan mengevaluasikinerja Jokowi selama 10 tahun masa pemerintahannya.
“Dari hasil konsolidasi maka kita putuskan bahwa aksi hari ini adalah hasil dari gagalnya kinerja 10 tahun Jokowi sebagai presiden dan ingin mengawal transisi dari pemerintahan Jokowi ke Prabowo. Aksi ini juga ingin menyadarkan dan memberikan informasi kepada masyarakat bahwa masa kepemimpinan jokowi itu dianggap gagal dan merusak demokrasi.” Ujar Raissa pada Jumat, (18/10).
Raissa mengungkapkan bahwa ia senang dengan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa Unisba. Hal ini dikarenakan, banyak dari mereka yang menyuarakan pendapat dan aspirasinya.
Namun sayangnya, jumlah massa aksi masih belum memenuhi harapan. Selain itu, mulainya aksi juga mengalami keterlambatan selama dua jam dari waktu yang ditentukan karena harus menunggu kedatangan mahasiswa dari kampus lain yang ikut bergabung.
Adapun, perubahan rute aksi dari hasil konsolidasi yang semula melalui Jalan Sulanjana, dialihkan ke Jalan Cikapayang. Hal tersebut karena jumlah masyarakat yang menyaksikan aksi di Jalan Cikapayang terbilang lebih banyak dari rute sebelumnya. Massa aksi pun sempat memblokade beberapa persimpangan jalan.
Selanjutnya, Muhammad Ramdan Suliana selaku Ketua BEM Unisba menambahkan, aksi ini diikuti oleh mahasiswa dari setiap daerah yang tergabung dalam aliansi BEM Nusantara. “Daerah baratnya dari Cianjur, dari timur ada Garut, Tasik, Ciamis dateng kesini, terus Ciayumajakuning, terus Cirebon dan Indramayu dateng. Nah, terus Subang dateng untuk menuju ke sini, semuanya hadir.” Ucapnya pada Jumat, (18/10).
Kedepannya, belum ada rencana yang pasti untuk agenda aksi lanjutan dari aksi hari ini. Namun, pihak BEMU berencana untuk berkoordinasi dengan BEM Nusantara melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) agar mendapat laporan kesiapan dari setiap fakultas. Rencana tersebut memperhitungkan cara menuju ke tempat aksi dan faktor keamanan massa aksi.
Ramdan mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa yang masih sadar akan kondisi Indonesia saat ini. Ia pun berharap slogan “Kampus Biru Kampus Perjuangan” tidak hilang karena mahasiswa yang tidak memiliki solidaritas.
“Ketidaksolidan itu misalnya para fakultas tidak mengirimkan (massa aksi-Red). Kami dari BEMU ini sebenarnya tidak punya massa, BEMU ini kecil tanpa BEM Fakultas, maka harapan kepada pemimpin selanjutnya adalah menyelesaikan atas segala dosa-dosa yang dilakukan jokowi,“ pungkasnya.
Salah satu massa aksi, Rahman Munawar mengatakan bahwa ia mengikuti aksi ini untuk meluapkan rasa muak terhadap kebijakan-kebijakan dalam 10 tahun kepemimpinan Jokowi. Menurutnya berbagai keputusan yang diambil oleh Jokowi dianggap berpihak kepada pemerintah atau kalangan tertentu daripada masyarakat umum. Ia berharap masyarakat mengerti tentang keburukan Jokowi.
“Harapannya dari aksi ini adalah masyarakat itu paham tentang kebobrokan Jokowi juga sebagai peringatan kepada Presiden yang terpilih selanjutnya untuk menjadi sebuah bahan evaluasi, sehingga tidak terulang permasalahan-permasalahan yang saat ini terjadi.” Ucap Rahman saat diwawancarai pada Jumat (18/10).
Sementara itu, massa aksi lainnya, Restu Afrima Pista menegaskan bahwa janji-janji Jokowi dalam menindaklanjuti Hak Asasi Manusia (HAM) hanya janji semata. Selain itu, terdapat kegagalan konstitusi karena regulasi dimanipulasi oleh pihak yang berkuasa untuk memenuhi kepentingan suatu kelompok. Ia berharap, tuntutan-tuntutan dapat terealisasikan.
“Semoga tuntutan-tuntutan kami direalisasikan, karena kami juga memberikan ultimatum kepada presiden terpilih agar ketika sudah menjabat, hak-hak demokrasi tidak dihilangkan dan melanjutkan janji-janji Jokowi yang belum terealisasikan.” Ujar Restu saat diwawancarai pada Jumat, (18/10).
Reporter: Linda Puji Yanti/SM
Penulis: Alfira Putri Marcheliana Idris/SM
Editor: Adelia Nanda Maulana/SM