(Ilustrasi: safetra.co.id)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Laboratorium, tempat sekelompok ilmuan melakukan penelitian, pengamatan, maupun percobaan ilmiah menggunakan bahan kimia. Tidak jarang, aktivitas diruangan yang identik dengan latar berwarna putih dan bau bahan kimia tersebut berpotensi menimbulkan terjadinya kecelakaan mulai dari kebakaran, keracunan, hingga korsleting listrik. Maka dari itu, keselamatan harus menjadi perhatian utama ketika beraktivitas di ruang laboratorium.
Beberapa jenis bahan kimia dengan bentuk padat, cair, uap, ataupun gas bisa berakibat fatal apabila tidak berhati-hati saat menggunakannya. Nah, untuk mencegah hal tersebut kita perlu mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis bahan berbahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan di ruang laboratorium. Yuk simak penjelasannya!
Berdasarkan jurnal berjudul “Analisis Resiko Bahan Kimia Berbahaya di Laboratorium Kimia Organik” dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), menyebutkan hampir semua bahan kimia yang digunakan di laboratorium kimia merupakan bahan yang berbahaya.
Beberapa bahan berbahaya tersebut diantaranya, bahan harmful seperti diklorometana, yang bisa merusak kesehatan apabila terkena kontak langsung dengan tubuh. Ada juga, bahan toxic seperti metanol (CH3OH) dan benzena (C6H6), bahan beracun ini sangat berbahaya apabila tertelan atau terhirup karena bisa menyebabkan sakit serius bahkan kematian. Terakhir, bahan yang mudah meledak atau explosive seperti KCIO3 dan NH4NO3, bahan ini akan bereaksi apabila terkena panas atau percikan api, gesekan maupun benturan.
Tidak dapat dipungkiri kalau kecelakaan di laboratorium sangat rentan terjadi. Untuk itu, kita harus memahami langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi hal tersebut. Dalam jurnal yang berjudul ‘Keselamatan Kerja di Laboratorium’ yang dikutip dari pustaka.unpad.ac.id, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan apabila terjadi kecelakaan di ruang laboratorium.
Pertama, apabila terkena bahan kimia berbahaya, hal utama yang perlu dilakukan adalah bersikap tenang, kemudian cobalah untuk meminta bantuan kepada orang terdekat, membersihkan bagian tubuh yang mengalami kontak langsung menggunakan air bersih, Tidak menggaruk kulit yang terkena bahan kimia agar tidak tersebar, membawa ke tempat yang cukup oksigen, kemudian menghubungi paramedik secepatnya.
Kedua, apabila terjadi ledakan atau kebakaran, jangan panik terlebih dahulu, apabila api masih memungkinkan untuk dipadamkan maka ambil lah tabung gas CO2, kemudian tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat namun dengan catatan pintu tersebut tidak boleh dikunci, hubungi pemadam kebakaran, dan hindari penggunaan lift.
Jurnal yang sama juga menjelaskan beberapa langkah yang perlu dipatuhi ketika berada di ruang laboratorium, mulai dari larangan bekerja sendiri di laboratorium, bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan kimia, hingga membuat keteledoran dengan sesama teman, selalu memastikan kran gas tidak bocor apabila akan menggunakan bunsen (tabung vertikal berisi spirtus yang digunakan untuk proses pembakaran dan sterilisasi), serta memastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan sesudah praktikum selesai.
Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga harus dipahami oleh pengguna laboratorium. Dilansir dari environment-indonesia.com, beberapa prosedur K3 yang harus diikuti, diantaranya menggunakan jas laboratorium, kacamata khusus, dan sepatu untuk melindungi dir dari percikan bahan kimia, melepas perhiasan agar logam yang dipakai tidak bereaksi dengan bahan kimia, serta mengikat rambut agar tidak terkontaminasi.
Nah sobat kampus, itulah beberapa penjelasan tentang pemahaman serta penanganan di ruang laboratorium. Jangan lupa selalu patuhi prosedur dan langkah kerja di ruang laboraorium ya.
Penulis: Melani Sri Intan
Editor: Muhammad Khaira Faiq