Puti Ceniza Sapphira, pendiri dari Komunitas Pustakalana tengah mendongengkan cerita dari buku yang dibaca oleh anaknya di Pustakalana Library, Taman Cibeunying, Rabu (25/4/2018). Menurutnya, membaca buku adalah hal yang penting untuk membuka gerbang pendidikan.
Suaramahasiswa.info – Mengisi waktu luang membaca di Perpustakaan daerah, mungkin sudah biasa. Di Bandung sendiri, terdapat Perpustakaan yang isinya digerumbulin bareng anak-anak. Tepatnya di Selaras Guest House Lantai 2, Jalan Taman Cibeunying Selatan No.45, Bandung. Pas memasuki ruangan, tampilan desain perpustakaan full colour bisa kamu nikmati dan bikin betah buat baca. Selain itu, ada kakak-kakak dari komunitas yang menginisiasi tergeraknya perpustakaan yang dinamai Pustakalana ini.
*Berikut perbincangan Tim Suara Mahasiswa dengan salah satu pendiri Pustakalana, Puti Ceniza Sapphira.
Awal mula terbentuknya Pustakalana?
Awalnya banget sih sebenernya tahun 2005 terbentuknya. Waktu itu tuh saya bersama teman-teman baru mau lulus kuliah. Jadi kita tuh punya banyak banget buku pas waktu kecil, tapi bingung mau diapakan. Akhirnya bikin Perpustakaan. Dulu itu kegiatannya lebih diperuntukan bagi anak SD atau tujuh tahun ke atas. Tapi itu cuma berjalan satu setengah tahun. Lalu sepulangnya saya dari Amerika, saya bilang ingin menamainya Pustakalana, tapi dengan konsep yang berbeda. Sehingga namanya menjadi Pustakalana Children’s Library dari Desember 2015 hingga saat ini. Makannya kalo ditanya kapan dibentuknya sebenarnya Desember 2015. Pustakalana ini juga nggak bisa berjalan sendiri, makanya pake konsep volunteer based. Jadi saya ingin Pustakalana itu dijalankan oleh para relawan yang terlibat hingga kini.
Kalo dari koleksi bukunya itu apa memang hanya dikhususkan untuk anak kecil saja atau bagaimana kak?
Jadi main collection-nya emang buat anak-anak. Tapi ada buat teenagers juga kok. Novel dewasa, sastra, parenting, dll. Tapi main collection-nya, sekitar 70 persen memang untuk anak-anak.
Anggota dari Pustakalana ini ada berapa ya kak?
Anggotanya sejauh ini ada 460 member yang berjalan dari Desember 2015. Sebenarnya enggak semuanya aktif. Keanggotaan yang aktif itu berlaku dari 3, 6 sampai 12 bulan. Ada juga yang dari tahun 2015 lalu enggak pernah dateng. Sekarang yang aktif banget mungkin cuma 150 orang.
Hal yang membuat Pustakalana unik tuh apa sih kak dibandingkan dengan perpustakaan pada umumnya?
Yang bikin unik sih pertama kita mengemas si Pustakalana dengan cara yang menyenangkan. Mungkin kebanyakan orang menganggap ketika mengunjungi Perpustakaan tuh berdebu, kusam, boring, koleksinya jadul. Tapi di sini enggak, dan kita mengubah mindset orang menjadi sesuatu yang playfull. Disambut warna-warni saat hendak masuk ke ruangan, dan didalamnya memang menggugah anak-anak untuk ngambil buku. Di Kota Bandung sendiri, Perpustakaan kotanya saja seperti mati, jadi mereka punya buku tapi dibiarkan. Nah, yang bikin Pustakalana itu beda kita punya aktivitas program yang menarik.
Zaman sekarang tuh kan banyak anak-anak yang cenderung lebih milih bermain daripada membaca. Nah, kebiasaan efektif apa sih kak yang kakak biasa lakuin, setidaknya biar si anak ini tidak meninggalkan budaya membaca?
Di Pustakalana juga kan enggak cuma buku aja ya koleksinya. Ada puzzle juga dinosaurus mainan. Justru anak mempunyai time spend yang sangat terbatas. Jadi ketika mereka di sini selama dua jam, mungkin bacanya hanya 15 menit. Sisanya mereka bersosialisasi dengan temen yang lain juga belajar sharing. Justru idealnya adalah ketika mereka pulang, tugas orang tua untuk menanamkan kembali rutinitas membaca buku selama 15 menit per hari. Hal itu untuk membangun kebiasaan membaca.
Harapan dari kak Chica buat para orang tua terhadap anaknya?
Untuk para orang tua bangunlah citra positif yang ada di buku kepada anaknya. Berilah buku yang enak untuk dibaca sesuai dengan usia mereka dan biasakan membaca tiap harinya. Tiga hal itu, kalo dibangun jadiin kebiasaan bisa menjadi pribadi yang berguna bagi Indonesia. Meningkatkan literasi di Indonesia, karena memang masyarakatnya bukan termasuk yang gemar membaca. Buku itu sendiri merupakan gerbang dari pendidikan si anak.
Kalo misalkan gabung ke Pustakalana sendiri ini caranya bagaimana kak?
Kalo mau jadi member sih tinggal dateng aja. Terus nanti ada biaya yang bisa kalian pilih. Kalo pun enggak jadi member, bisa sumbang Rp 10.000 per anak untuk baca sepuasnya. Kalo misalkan jadi member tuh ada biayanya sebesar Rp 120.000 per tiga bulan. Rp 240.000 per 6 bulan dan Rp 400.000 per tahun. Keuntungan dari biaya itu tuh bebas meminjam buku berapa pun. Walaupun dalam sekali peminjaman itu hanya boleh 2 atau 3 buku, asalkan buku peminjaman pertama sudah dikembalikan. Minjem buku di Pustakalana itu range-nya hanya tiga ribuan aja peminjamannya, jadi murah banget.
***
Nah, itu dia percakapan singkat dari Tim Suara Mahasiswa! Kalo kata kak Chica mah membaca buku itu merupakan pintu gerbang pendidikan pada anak itu sendiri. Jika tidak suka membaca sejak dini, maka harus siap menanggung kebodohan. Karena itu, mari membaca! (Fadhila/SM)