Kyai Pasir (Kyai Jalilung) dan Nyai Pasir (Nyai Jalilung) adalah sepasang suami istri yang tinggal di lereng hutan gunung Lawu bagian timur. Mereka memiliki sebuah pondok yang dibuat dari kayu hutan dengan beratapkan dedaunan.
Suatu hari Kyai Pasir pergi ke hutan untuk menebangi pohon karena ladangnya dipenuhi oleh pohon-pohon besar. Saat menebangi pohon Kyai Pasir melihat sebuah telur yang tergeletak di salah satu pohon yang hendak ia tebang. Kyai Pasir akhirnya membawa telur itu ke pondoknya dan menceritakan apa yang terjadi kepada istrinya, karena ia tidak pernah melihat ada hewan unggas di sekitar sana.
Nyai Pasir mengambil telur itu lalu memasaknya. Separuh ia berikan kepada suaminya dan separuh lagi ia makan. Kyai Pasir pergi kembali ke ladang setelah memakan telur yang ia santap dengan lahap, setelah sampai di ladang Kyai Pasir merasakan panas di tubuhnya dan keringat dingin mengucur di seluruh badannya. Tiba-tiba Kyai Pasir pun berubah wujud menjadi naga dengan jambang yang menyeramkan. Rasa sakit itu pun tidak juga berhenti yang akhirnya membuat Kyai Pasir berguling-guling ke sana ke mari dengan wujud naganya.
Nyai Pasir yang tiba di ladang dengan maksud meminta pertolongan Kyai Pasir karena rasa sakit yang ia rasakan setelah menyantap telur itu kaget ketika melihat seekor naga yang berguling-guling kesakitan di ladang. Karena rasa sakit yang sudah tidak kuat ia tahan lagi, Nyai Pasir pun terjatuh ke tanah dan berubah wujud menjadi seekor naga bertaring panjang dan juga menyeramkan.
Kedua naga itu pun berguling-guling ke sana ke mari karena rasa sakit yang tidak kuat mereka tahan. Tanah di ladang itu akhirnya berserakan dan membentuk cekungan, semakin lama semakin dalam dan luas cekukangan tersebut. Air pun keluar dari dasar tanah dengan derasnya, dalam sekejap cekungan tersebut dibanjiri oleh air yang akhirnya membentuk sebuah danau atau telaga.
Cerita di atas adalah legenda asal usulnya Telaga Pasir atau yang sekarang lebih di kenal dengan Telaga Sarangan karena bertempat di kelurahan Sarangan. Sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Magetan, Jawa Timur.
Dalam perjalanan dari Magetan menuju Telaga Sarangan kalian akan disajikan pemandangan yang indah. Kanan kiri jalan akan terlihat hamparan sawah penduduk. Sebelum kalian sampai di Telaga Sarangan kalian akan melihat sebuah telaga yang dikenal dengan Telaga Wurung. Tempat ini adalah tempat para mancing mania atau orang yang gemar memancing. Kata “Wurung” sendiri diambil dari bahasa Jawa yang artinya “batal”. Konon, jika sepasang kekasih melewati jalan ini, dipercaya hubungannya akan berakhir. Tenang, itu gak bener ko karena saat kami sampai sana pun, kami banyak melihat pasangan yang mesra loh.
Sampai di Telaga Sarangan kalian akan melihat danau yang cukup luas. Luas dari telaganya sendiri sekitar 30 hektar dengan kedalaman kurang lebih 28 meter. Di tengah telaga terdapat sebuah pulau kecil, entah ada apa di pulau itu yang jelas pulau itu tidak dibuka untuk wisatawan.
Bertempat di kaki Gunung Lawu membuat tempat wisata ini terasa sangat sejuk dan dingin di malam harinya. Banyak penginapan yang tersedia di sini, seperti hotel atau cottage. Kalian bisa menikmati pemandangan gunung Lawu dengan berjalan kaki memutari telaga tersebut atau kalian dapat menggunakan kuda untuk berkeliling hanya dengan mengeluarkan biaya 40.000 satu putarannya.
Kalian juga dapat memutari telaga ini melalui jalur air dengan speed boat yang terparkir di pinggir telaga. Untuk menyewanya kalian dikenakan 40.000 untuk satu putaran atau 100.000 untuk tiga kali putaran. Sang supir speed boat ini sudah sangat handal dalam mengendalikan kapalnya, ia akan membawa kapal dengan kecepatan tinggi lalu membelokannya seperti drifter – julukan pengemudi mobil dengan kecepatan tinggi untuk meluncurkan mobilnya di tikungan – yang sedang berada di sirkuit.
Selain telaga, di tempat wisata ini juga terdapat air terjun Tirtosari. Jalan untuk menuju air terjun ini relatif mudah untuk dilewati. Pintu masuknya ditandai dengan patung pesawat atau di sebelah barat telaga. Perjalanan untuk menuju air terjun itu akan menempuh jarak sekitar 2,5 km.
Nah, jika kalian ada rencana liburan ke Jawa Timur mungkin kalian bisa mampir ke Telaga Sarangan. Jangan lupa juga kalian cicipi sate kelincinya yang terkenal di sana. Jika ingin menikmati keindahan Telaga Sarangan hingga puas, disarankan untuk datang di luar musim liburan. (Rangga/SM)