Suaramahasiswa.info, Unisba-
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang kukira
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak sekuat yang kukira
…
Lagu tersebut diciptakan pada tahun 2022 oleh seorang penyanyi, Idgitaf, yang berjudul Takut. Menceritakan perasaan remaja yang dilanda rasa takut ketika menginjak fase dewasa, lagu ini menggambarkan situasi Quarter Life Crisis (QLC).
Sebagian besar orang yang menginjak usia 20 hingga 30 tahun-an biasanya akan menghadapi QLC ini. Hal tersebut merupakan fase kehidupan yang biasa ditandai dengan kebingungan, kecemasan, serta keraguan mengenai karir dan arah hidup di masa yang akan datang.
Istilah QLC, pertama kali digunakan oleh Alexandra Robbins dan Abby Wilner pada 2001 atas hasil penelitian mereka terhadap kaum muda di Amerika saat memasuki abad ke-20. Kaum muda tersebut pun dijuluki sebagai “twentysomethings” yakni individu yang baru saja meninggalkan kenyamanan hidup sebagai mahasiswa dan mulai memasuki real-life dengan tuntutan untuk bekerja atau menikah.
Adapun faktor yang memengaruhi QLC, yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam faktor internal, pengalaman masa kecil dapat membentuk cara pandang seseorang. Ketika seseorang memiliki pengalaman masa kecil yang penuh tekanan, maka orang tersebut lebih rentan mengalami QLC. Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan yaitu kerabat bahkan keluarga.
Di lain sisi, QLC memiliki dampak positif maupun negatif yang mana tergantung pada pandangan seseorang. Negatifnya, QLC dapat membuat seseorang merasa insecure, cemas, bahkan kesulitan dalam mengambil keputusan, hingga berujung timbulnya gangguan mental.
Namun positifnya, QLC juga dapat dijadikan sebagai pemacu proses pertumbuhan dan pengembangan diri seorang individu. Dengan seringnya seseorang memikirkan tujuan hidup dan karir, maka dapat menjadi alarm pengingat agar bisa berjuang maju dalam hidup. QLC ini pun bisa membantu individu dalam pencarian jati diri dan melihat capaian orang lain untuk menambah motivasi, bukan untuk menjadikannya tidak percaya diri.
Selain itu, Yudrik Yahja dalam bukunya berjudul Psikologi Perkembangan mengatakan bahwa masa ini berdampak positif dikarenakan harus melepas ketergantungan terhadap orang tua dan mulai belajar mandiri karena telah mempunyai tugas dan peran yang baru. QLC ini juga dapat menjadi cara dalam mengintropeksi diri sehingga bisa mendapatkan inspirasi terhadap ketakutan di masa yang akan datang.
Dengan adanya fenomena krisis di seperempat abad ini dapat dipahami bahwa kehidupan terjadi dalam beberapa fase. Bahkan fase yang menyebalkan pun, seperti QLC, dapat mendorong seseorang untuk merefleksikan diri mengenai kebingungan dan kecemasan yang sedang dihadapi. Karena sejatinya, tidak ada yang permanen di dunia ini, termasuk krisis yang sedang dialami.
Penulis: Alfira Putri Marcheliana Idris/SM
Editor: Muhammad Fikri Fadilah/SM