Ilustrasi K-Pop. (Ifsani/SM)
Suaramahasiswa.info – “Kamu bisa memanggilku Artis
Kamu bisa memanggilku Idola
Atau sesuatu yang lain
Aku tidak peduli…”
Begitulah sekiranya terjemahan dari lirik lagu Idol yang dilantunkan oleh Kim Namjoon (Rap Monster) dan kawan-kawannya.
K-pop atau Korean Pop tentunya identik dengan istilah Idol atau Idola. Fenomena mengidolakan grup K-Pop, sebenarnya bukanlah hal yang baru. Popularitas K-Pop di Indonesia mulai mencuat sejak Hallyu atau Korean Wave memasuki Indonesia pada tahun 2002 melalui serial drama Korea seperti Endless Love, Winter Sonata, dan lainnya. Kemudian sekitar tahun 2011, Industri K-Pop mulai melirik Indonesia sebagai target pemasaran. Beriringan dengan momentum demam K-Pop pada masa itu, grup-grup K-Pop pun mulai menggelar konser tunggal mereka di Indonesia.
No pain, no gain! Istilah tersebut dirasa pas untuk menggambarkan kondisi K-Pop saat ini. Karena tentunya popularitas yang diraih K-Pop tidak bisa dinikmati secara percuma. Baik para penggemar maupun idol K-Pop itu sendiri tak pernah luput dari ‘nyinyiran’ pihak yang melabeli diri mereka sebagai haters atau non K-Popers.
“Buat apa sih ngefans sama plastik? Lihat tuh mukanya juga sama semua, Oplas sih.”
“Sok-sokan denger Korea, ngerti juga enggak.”
“Fanatik banget sama Korea. Sampe lupa sama negara sendiri.”
Yah kurang lebih begitulah contoh kalimat yang sering diserukan oleh para haters terhadap K-Popers. Komentar-komentar tersebut sering kali dilontarkan bukan hanya terhadap K-Popers, namun juga ditujukan bagi para penggemar Korea lainnya. Hal ini biasanya dilatar belakangi stigma buruk yang sebelumnya sudah mereka miliki tentang Korea. Padahal tidak semua yang mereka bicarakan itu benar. Dan lagi pula virus K-Pop dan Korea bukan hanya membawa pengaruh ‘negatif’, namun juga memiliki pengaruh positifnya.
- Memperkenalkan Budaya Baru
Mungkin yang satu ini memiliki beberapa pro dan kontra, mengingat budaya Indonesia dan Korea yang bertolak belakang. Namun tentunya kita harus lihat dari segi yang positinya dulu. Korea enggak melulu tentang Soju (alkohol khas Korea), prostitusi, dan hal buruk lainnya. Mari kita lirik budaya dalam keseharian Korea yang positif, semisal budaya menghormati orang yang lebih tua.
Sebenci-bencinya kalian dengan Korea, pasti setidaknya kalian pernah menonton satu atau dua K-Drama dan atau Variety Show-nya. Setelah menontonnya, apakah kalian memperhatikan kalau orang Korea sering kali membungkukkan badannya atau mungkin hanya menganggukkan kepala ketika bertemu seseorang? Hal tersebut mereka lakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang berusia lebih tua, orang yang memiliki jabatan lebih tinggi serta kepada orang yang baru mereka kenal.
Selain dengan membungkukkan badan, dalam tata bahasa Korea juga dikenal 존댓말 [jon-dae-mal] dan 반말 [ban-mal] atau biasa kita sebut kalimat formal dan informal. Perlu kalian ketahui, penggunaan kalimat formal dan informal di Korea itu sangat ketat. Sehingga bila kita menggunakan kalimat informal secara sembarang, tentunya kita akan dipandang sebagai orang yang kurang sopan. Namun, kembali lagi terhadap tujuan penggunaan tata bahasa tersebut, yakni sebagai tanda penghormatan.
- Orang Korea Hobi Operasi Plastik?
Dilansir dari artikel yang terbit di serambinews.com, selama ini beberapa orang menganggap Korea Selatan adalah negara dengan jumlah operasi plastik terbanyak di dunia. Tapi sebuah data baru yang diterbitkan oleh International Society of Aesthetic Plastic Surgeons (ISAPS) justru menyampaikan hal berbeda. Bukannya Korea Selatan, justru Amerika Serikat lah yang menempati peringkat nomor satu untuk jumlah operasi plastik terbanyak.
Jadi, statement orang-orang Korea itu semuanya “plastik” tuh enggak benar yah teman-teman.
- Punya Prestasi
Bukan cuman modal tampang, idol group K-Pop juga memiliki segudang prestasi. Diantaranya :
- BTS atau Bangtan Boys merajai Billboard 200 dengan ‘Love Yourself: Tear’ yang dirilis Juni 2018. Ternyata, BTS adalah band pertama setelah The Beatles yang berhasil mencetak rekor tersebut pada Desember 1995 hingga November 1996 dengan album ‘Anthology 1’, ‘Anthology 2’, dan ‘Anthology 3’.
- Kurang dari tiga hari setelah dirilis pada 5 April 2019, ‘Kill This Love’ yang dilantunkan BLACKPINK sukses menaklukkan rekor MV K-Pop dengan raihan 100 juta views tercepat. Tidak hanya itu, ‘Kill This Love’ juga telah memecahkan rekor sebagai MV grup K-Pop yang ditonton lebih dari 80 juta kali dalam 24 jam.
- Pada 24 September 2018, BTS juga sempat bekerjasama dengan UNICEF dalam kampanye bertajuk ‘Love Myself’ yang bertujuan untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak di seluruh dunia. Terbilang sukses, kampanye ini mampu kumpulkan dana lebih dari US$1 juta.
Popularitas dan prestasi dari para idol K-Pop juga turut mendapat apresiasi dari selebriti Amerika Serikat. Salah satunya Chloe Moretz, pada saat ia menjadi bintang tamu di acara Problematic Men, dia menyebutkan musisi K-Pop favoritnya.
“Aku sangat jatuh cinta dengan MAMAMOO, aku juga suka CL, G-Dragon, dan Bigbang,” ujar Chloe Moretz di acara tersebut.
- Aktualisasi Diri jadi Hal Lumrah bagi Penggemar K-Pop
Selain Idol Korea, para penggemarnya pun banyak yang memiliki bakat khususnya dalam bidang seni dan sastra. Banyak dari mereka yang berbakat dalam hal menggambar, membuat kerajinan tangan, desain grafis, editing foto atau video, menulis, dan lainnya. Banyak dari mereka mendapatkan bakat tersebut karena gemar membuat suatu karya untuk idolanya.
Bagi beberapa golongan penggemar yang hobi berbisnis, sering kali mencoba peruntungan dengan menjual karyanya. Karya tersebut dapat berupa sketsa, ilustrasi, boneka dan lainnya, yang dikemas menjadi suatu produk berlabelkan suatu Fans Kingdom (fandom) atau Komunitas penggemar suatu grup terntentu dan kemudian dijual kepada para penggemarnya. Bukan hanya karya sendiri, banyak juga penggemar yang memanfaatkan peluang berbisnis merchandise dan album K-Pop yang akan release secara berkala.
Selain itu, mengidolakan seseorang ternyata bisa memberi kamu inspirasi yang kemudian bisa kamu tuangkan dalam bentuk tulisan, terlebih bila kamu memang gemar menulis. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya K-Popers yang sudah menulis tentang idola mereka atau fan fiction di aplikasi Wattpad. Sebut saja beberapa author kenamaan seperti Asabelliaa, Fasti Nur Aistya, dan lainnya. Jika kamu amati di toko buku, K-Pop mendapatkan rak tersendiri karena saking banyaknya buku berbau Korea yang telah diterbitkan. Banyak penulis bermunculan untuk membagikan ilmunya melalui K-Pop.
Bukan hanya itu, banyak juga K-Popers yang mencoba peruntungan sebagai youtuber dengan menyajikan konten dance cover, sing cover, dan lainnya. Banyak dari mereka yang bergelut didunia ini berakhir dengan mencapai kesuksesan. Sebut saja beberapa dari mereka yang kini tergabung dalam bingsooya project, yaitu Nada Fidaresa, Tiffani Afifa, JW, Jeanette, Alphisugoi (Alphiandi), Geraldytan, dan kawan-kawan lainnya.
- Belajar Bahasa Asing Melalui Idola
Para penggemar K-Pop pasti sering menonton variety show atau Kdrama yang dibintangi oleh idola mereka. Dengan sering menonton tayangan-tayangan tersebut, mereka bisa belajar bahasa Korea secara tidak langsung. Karena secara tidak sadar biasanya para penggemar K-Pop sering keceplosan menggunakan kosa kata sederhana bahasa Korea yang berbekas dari tontonan mereka.
Selain bahasa Korea, para K-Popers juga bisa mempelajari bahasa asing lainnya seperti bahasa Jepang, Mandarin, Thailand, Inggris, dan lainnya. Karena selain berisikan warga negara Korea, group K-Pop biasanya juga beranggotakan warga negara lain. Serta idol K-Pop sering kali aktif melakukan promosi di negara-negara lain, sehingga kita bisa turut belajar bahasa asing melalui lagu dan drama non-Korea yang mereka bintangi.
Tapi perlu digarisbawahi, mengelukan budaya luar bukan berarti tidak bangga dengan negara sendiri. Perlu kalian ketahui kalau K-Popers Indonesia sering kali berlomba-lomba untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada para idola dambaan mereka. Seperti dengan mengajarkan bahasa Indonesia melalui media sosial, mengirimi produk-produk lokal khas Indonesia, dan lainnya.
- Mengajarkan Makna dari Bekerja Keras
Banyak yang mengira dengan modal tampang dan percaya diri bisa membuat kita menjadi seorang idol K-Pop. Hehe pada kenyataannya enggak semudah itu, lho teman-teman.
Perlu kalian ketahui, untuk menjadi seorang idol pada umumnya kita harus mengikuti audisi yang setiap tahun atau bulan akan diadakan oleh agensi-agensi entertainment. Ketika mengikuti audisi mereka harus bersaing dengan ribuan peserta audisi lainnya. Ketatnya tingkat persaingan membuat banyak orang yang gugur, bahkan harus mengikuti puluhan audisi lainnya hingga akhirnya bisa lulus dan menandatangai kontrak dengan agensi.
Biasanya calon trainee akan ditawari kontrak selama 2 hingga 4 tahun, namun kontrak ini dapat diperpanjang hingga bertahun-tahun lamanya, atau justru di-cut begitu saja secara sepihak oleh agensi. Member Red Velvet Kang Seulgi contohnya, sekarang ini dia memang bersinar bersama member lainnya di stage, namun siapa yang menyangka kalau sebelumnya dia sempat menghabiskan waktu tujuh tahun sebagai trainee di SM Entertainment.
Setelah bergabung dengan agensi, bukan berarti mereka telah mengamankan posisi mereka. Persaingan antar sesama trainee pun sangat ketat. Mereka harus mempelajari banyak hal, seperti, dance, menyanyi, modeling, acting, bahasa asing dan lainnya. Semua itu harus mereka pelajari secara rutin, karena setiap minggunya mereka harus menghadapi evaluasi yang diadakan oleh trainer nya. Belum lagi mereka juga dibebankan dengan diet ekstrem yang harus mereka tempuh agar bisa mencapai proporsi tubuh yang ‘ideal’.
Jadi setelah membaca artikel ini, gimana sih menurut kalian? Apa kalian bakal terus berpegang dengan stigma buruk yang selama ini kalian percaya? Hehe, next time kalian harus selalu cross check rumor yang kalian dengar, cek selalu fakta sebenarnya sebelum kalian melakukan judgment terhadap suatu subjek.
So, 감사합니다 또 만나요
Penulis: Shella Mellinia Salsabila
Editor: Febrian Hafizh Muchtamar