
Potret penampilan band Forgotten yang tampil dalam acara Ubernoize di Kota Cimahi pada Minggu (29/01). (Foto: Muhammad Irfan/ SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba- Rambut gondrong, bodo amat dan merchandise berbau siksaan sejatinya sudah melekat pada orang-orang yang hidup dalam skena musik cadas ini. Metal, genre yang identik dengan musik keras serta distorsi yang sangat kuat memiliki sejarah yang dinamis hingga saat ini.
Musik metal berakar dari aliran blues rock dan psychedelic rock yang pertama dimainkan oleh Led Zeppelin dan Black Sabbath pada kurun waktu 1960-1970 dan menjadi sebuah titik awal terciptanya genre yang identik dengan teriakan dan artikulasi vokal yang tidak jelas. Lalu di era 1980-an, mulai muncul band-band dengan warna “metal” yang lebih jelas seperti Motorhead, Iron Maiden dan Venom.
Kota Bandung yang terkenal sebagai barometer musik underground Indonesia di dekade 90-an selalu menjadi tempat rutin bagi penggiat musik metal di Indonesia. Beberapa acara musik sukses menarik perhatian besar bagi komunitas-komunitas yang ada.
Gor Saparua, salah satu tempat iconic bagi penikmat musik metal selalu dipenuhi oleh metalhead yang hadir. Disana banyak band metal yang menjadi poros bagi grup musik metal di Indonesia, beberapa diantaranya Burgerkill, Jasad, Beside, Forgotten dan Taring.
Sam Dunn dalam film dokumenternya “Metal: A Headbanger’s Journey” (2005) berpendapat bahwa musik metal adalah budaya yang dapat membuat orang merasa tangguh. Lebih jauh lagi sebagian pelaku musik ini menjadikannya sebagai gaya hidup.
Berbicara mengenai metal sebagai pilihan bermusik, Oki Fadhlan (drummer Jasad) dan Addy gembel (vokalis Forgotten) memiliki alasan yang berbeda. Oki menjelaskan pada dekade 90-an skena underground banyak dihiasi oleh band berkarakter metal, sehingga jasad memilih genre tersebut. Namun Addy memberikan jawaban yang unik dan lucu ia menyebut pilihan tersebut sama seperti pertanyaan kenapa kamu cinta banget sama pacar kamu.
Dalam perkembangannya, musik metal memiliki siklus yang naik turun. Oki menyebut untuk saat ini audiensi metal di Bandung sedang mengalami kenaikan, meski sempat turun setelah masa jaya musik metal di dekade 90-an. Sekarang, banyak penikmat musik yang mulai melihat dan menjadikannya sebagai alternatif untuk menemukan sensasi baru dalam mendengarkan lagu.
Sebagian musisi metal menjadikan musiknya sebagai industri dan sumber mata pencaharian. Disisi lain, beberapa musisi menjadikan musik metal hanya sebatas hobi dan kesenangan diluar profesi mereka sebagai musisi.
Menurut Addy industri musik metal tidak bisa menghidupi personilnya, justru para punggawa Forgotten bekerja untuk membiayai band. Katanya kalo ingin nyari duit jangan main metal, karena metal itu buang-buang duit.
Selain penghasilan yang didapatkan dari penampilan diatas panggung, mereka pun meraup keuntungan hasil dari penjualan merchandise, branding media sosial dan pemasaran karya lewat platform digital. Namun yang perlu digarisbawahi, metal bukanlah satu-satunya jalan bagi mata pencaharian.
Jasad dan Forgotten memiliki cara mempertahankan eksistensinya yang berbeda. Struggle jasad saat ini adalah mengeluarkan single dan album yang diiringi dengan pembuatan merchandise. Selanjutnya, melakukan branding untuk menggapai penikmat metal yang baru. Forgotten menyiasati kendala yang ada dengan bersenang-senang, sehingga segala kendala yang ada tidak menjadi beban bagi mereka.
Berbeda dengan Jasad dan Forgotten, Dietherbyhate yang baru menjajal skena metal pada pertengahan tahun 2022 mengungkapkan bahwa terjun ke industri metal ini terbilang sulit. Mereka merasa pendengar musik metal tergolong itu-itu saja sehingga tidak mudah bagi mereka agar diterima sebagai pendatang baru.
“Kalau sudah masuk ke kebutuhan ekonomi memang rawan sih, apalagi untuk berkarir di industri musik metal, butuh effort yang lebih lagi, masalahnya pada pembagian waktu, masing-masing dari kita punya pekerjaan juga dan bisa dibilang buat first step-nya memang edan sih, total chaos.” ujar Al vokalis band Dietherbyhate.
Bukan hanya sebagai gaya hidup, bagi beberapa musisi musik metal adalah sarana untuk menyambungkan hidup. Musik metal nyatanya memiliki pengaruh yang cukup besar bagi keberlangsungan hidup para “abang-abang gondrong nan urakan ini” entah untuk mencari uang atau untuk bersenang-senang.
Reporter: Fikri Rizal Naufal dan Muhammad Dwi Septian Permadi
Penulis: Fikri Rizal Naufal
Editor: Muhammad Irfan