Angka 1312 yang terpampang di dinding pintu Stadion Kanjuruhan, Malang. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Suaramahasiswa.info, Unisba– Istilah nomor cantik seperti ‘12.12’, ‘11.11’ dan masih banyak lagi, merupakan nomor yang sering digunakan oleh beberapa perusahaan ternama untuk mengisyaratkan sebuah penanggalan yang unik. Kendati cocokologi, angka tersebut bisa mudah diingat oleh khalayak karena keunikannya. Begitu pula Rabu ini, 13 Desember atau ‘13.12’.
Angka 1312 merupakan kode numerik yang mengisyaratkan sebuah frasa All Cops Are Bastards. Mengutip dari kumparan.com, dalam buku studying the british crime film yang ditulis oleh Paul Elliot, frasa All Cops Are Bastards pertama kali muncul di Inggris pada 1920-an. Hal itu kemudian disingkat ‘ACAB’ oleh pekerja yang melakukan aksi pemogokan pada 1940.
Angka 1312 sendiri diperoleh dari nomor urut abjad, angka 1 yang berarti A, 3 yang berarti C dan 2 yang berarti B. Gabungan dari angka-angka tersebut akan membentuk urutan huruf ACAB.
Istilah ini sering digunakan sebagai bentuk ketidakpercayaan pada pihak kepolisian atas perilaku buruk mereka terhadap masyarakat di seluruh dunia. Gema ACAB dan 1312 kembali santer di dunia setelah kematian pria kulit hitam bernama George Floyd yang tewas setelah lehernya ditindih oleh polisi kota Minneapolis, Amerika Serikat pada (25/5/2020).
Bukan hanya itu, ACAB dan 1312 sendiri pernah menghiasi sebagian tembok stadion Kanjuruhan, Malang, pasca tragedi gas air mata polisi yang menewaskan 125 jiwa dan 323 korban luka pada Minggu, (1/10/2022). Hal tersebut menambah catatan buruk terhadap kepolisian dan menambah ketidakpercayaan masyarakat kepada mereka.
Sepanjang Juni hingga Juli 2023, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mencatat 662 peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh beberapa anggota kepolisian. Kontras menyebutnya sebagai “kultur kekerasan” yang kerap terjadi di jajaran kepolisian.
Meski dikenal dengan tindakan brutalnya, pihak kepolisian tidak sepatutnya menjadikan kekerasan sebagai kultur lembaganya. Apalagi, jika kultur tersebut diterapkan dalam pelayanannya terhadap masyarakat sipil.
Penulis: Muhammad Irfan/SM
Editor: Tsabit Aqdam Fidzikrillah/SM