Kolase Potret Perkumpulan Anggota Organisasi Masyarakat (Ormas). (Sumber: merdeka.com, rajaframe.com, harianrakyatbengkulu.bacakoran.co)
Suaramahasiswa.info, Unisba- Di Indonesia, Organisasi Masyarakat (Ormas) tak jarang dikaitkan pula dengan premanisme. Padahal, seharusnya Ormas menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkumpul dan berkontribusi untuk pembangunan. Namun, dalam praktiknya terkadang disalahgunakan oleh segelintir orang untuk melakukan tindakan premanisme.
Jika menilik catatan sejarah, preman memiliki makna yang berbeda dibandingkan dengan persepsi masyarakat saat ini. Pada masa kolonialisme Belanda, preman dipandang sebagai pembela buruh kebun dan pabrik yang ditindas oleh para mandor mereka.
Istilah preman sendiri berasal dari kata Vrijman yang berarti orang bebas, artinya mereka tidak terikat oleh apapun. Sedangkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan premanisme adalah hal yang berkaitan dengan preman.
Dulu, keberadaan preman dipandang sebagai pelindung yang memberikan rasa aman kepada masyarakat. Namun, situasi saat ini justru sebaliknya, kini preman dikenal sebagai sosok sumber masalah dan keresahan di tengah masyarakat. Mereka kerap dikaitkan dengan berbagai tindakan merugikan seperti pemalakan, alat legitimasi politik, hingga pengusiran masyarakat dari tanah mereka di berbagai daerah di Indonesia.
Penyebab maraknya tindakan premanisme ini menurut Widyanta, salah satu Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) menilai jika tindakan premanisme tidak jauh dengan adanya ketimpangan sosial yang terjadi di Indonesia. Premanisme terjadi dikarenakan kondisi ekonomi yang sulit menghimpit sebagian kalangan masyarakat.
Selain itu, kebijakan efisiensi pemerintah juga turut memperburuk hal ini. “Ketika anggaran daerah dipotong, sumber pemasukan banyak yang menghilang. Ini berdampak besar bagi masyarakat kelas bawah yang sebelumnya masih mendapat limpahan dana dari proyek-proyek pembangunan,” tutur Widyanta.
Munculnya premanisme ini bukan semata-mata hanya karena terbatasnya lapangan pekerjaan. Akan tetapi, ketimpangan sosial yang dialami oleh kalangan masyarakat menengah kebawah menjadi penyebab utama adanya perilaku premanisme. Seperti halnya kemiskinan, budaya kekerasan yang masih mengakar, ketidakmerataan dalam sistem peradilan, hingga kurangnya pengawasan dari pemerintahan turut memperkuat premanisme terus berkembang.
Selain itu, tindakan premanisme ini pun tidak luput dengan keikutsertaan Ormas yang dinilai sebagai dalang merugikan masyarakat dari berbagai kalangan. Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Puan Maharani, menyarankan agar pemerintah segera menindak lanjuti lebih lanjut keterlibatan Ormas yang terindikasi sebagai dalang tindakan premanisme di Indonesia.
Dengan adanya perilaku premanisme, hal ini dinilai sebagai sebuah penyakit sosial di tengah masyarakat. Jika dibiarkan terus berkembang, akan menimbulkan keresahan di masyarakat, menghambat investasi, mengganggu iklim usaha, dan menciptakan rasa takut di ruang publik. Oleh karena itu, perlu adanya keadilan dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini agar terciptanya rasa aman dan nyaman di masyarakat.
Penulis: Dandi Pangestu Rusyanadi/SM
Editor: Alfira Putri Marcheliana Idris/SM

