
Ilustrasi Radikalisme (Fahriza/SM)
Suaramahasiswa.info – Saat mengetahui radikalisme, mungkin kalian menganggap arti radikalisme itu berkaitan dengan sikap ekstrim atau anarkis dari golongan tertentu. Namun, pada dasarnya radikalisme itu merupakan masalah politik, bukan persoalan ajaran agama. Menurut Peneliti Indikator Politik Indonesia dalam laman Tirto.id, menilai usai aksi 212 pada 2016 silam, lalu Pilkada 2017 tingkat intoleransi politik dan radikalisme di Indonesia meningkat.
Fenomena perkembangan radikalisme yang menjamur semakin sulit dihadang. Menurut Deutsche Welle (DW), ada beberapa faktor yang mempengaruhi radikal itu sendiri, pertama faktor alumni ataupun dosen. Selain itu, organisasi mahasiswa yang berbasis menyebarkan ideologi radikal di perguruan tinggi. Dan terakhir, faktor penetrasi partai politik berbasis ideologi agamis yang masuk ke kegiatan kampus.
Suntikan paham radikal bisa disebarkan lewat ideologi. Salah satu cara dalam menyebarkan ideologi radikal, dengan memanfaatkan kebebasan di perguruan tinggi [untuk mengembangkan jaringannya]. Ketika mahasiswa memiliki pemahaman yang radikal, kemudian akan diberdayakan oleh partai politik tersebut untuk mengkampanyekan ide radikal.
Maka penting melawan gerakan radikalisme dengan meningkatkan kepekaan dalam menilai setiap keadaan di sekitar lingkungan kita. Dilansir dari Idntimes.com, menurut Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigen Pol. Hamli meminta, masyarakat untuk mengenali tanda-tanda bila orang-orang tercinta di lingkungan kita sudah terkontaminasi paham radikal. Dalam mengenal lingkungan yang terpapar radikal, yuk kenali ciri-cirinya. Berikut ulasannya.
- Mendadak Anti Sosial
Jika sebelumnya; teman diantara kamu sangat aktif, ceria, dan mudah untuk bergaul. Namun di kemudian hari, ia mendadak menjadi lebih pasif atau pendiam, tidak mau bergaul, dan mengurung diri. Hal tersebut menjadi tanda perubahan karakter secara signifikan yang paling mudah dikenali.
Pentingnya orang di sekitar untuk memberikan perhatian lebih kepadanya, supaya dapat menciptakan hubungan yang lebih dekat. Besar pengaruh pemberian dorongan dari orang-orang terdekat, guna merangkul untuk kebaikan bersama.
- Memiliki Komunitas Lain yang Dirahasiakan
Pelaku teror dengan latar belakang keluarga yang baik-baik, tetapi ketika berada di lingkungan yang salah cenderung berkumpul dengan kelompok radikal. Di mana sering dihabiskan waktu dengan komunitas yang dirahasiakan nya, kegiatan nya yang tidak ingin diketahui dengan siapa bertemu, dan apa tujuannya.
Maka perlu adanya pengawasan dari orang terdekat mampu mengalihkan hal-hal yang dirasa menyimpang, dengan berkumpulnya untuk menjaga interaksi dapat saling menguatkan hubungan antarkeluarga.
- Mengalami Perubahan Sikap Emosional
Mereka yang telah terdoktrin oleh paham radikal mengalami perubahan sikap emosional terkait agama, politik dan sebagainya. Biasanya mudah sensitif dengan pembicaraan yang berbau agama. Mereka akan lebih vocal dalam menyuarakan pandangan-pandangan yang menurutnya benar.
Kemampuan membuka pikiran saat diskusi dapat lebih memudahkan tersalurkan nya suatu pesan. Melihat pemikiran dalam berbagai sudut pandang seharusnya mampu meluruskan suatu masalah yang terjadi.
***
Begitupun dengan lingkungan kampus, organisasi yang berbasis ideologi perlu diperhatikan. Dengan melawan gerak-gerik radikal kita perlu meningkatkan kepekaan terhadap sesuatu. Setelah membaca artikel ini, semoga teman-teman bisa lebih peduli terhadap bahaya radikalisme ini. Bukan berarti kita harus hidup dengan penuh kecurigaan, namun enggak ada salahnya juga kan untuk selalu berhati-hati. (Shella & Eriza/SM)