Suaramahasiswa.info, Unisba – Pada zaman milenial ini, kaum pria yang merasa unggul dengan kedudukannya kerap kali memandang kaum wanita sebagai makhluk yang lemah. Maka dari itu, tepat tanggal 8 Maret ini dunia memperingati Hari Perempuan Internasional. Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswi di depan Gedung Sate pada Rabu (8/3), Bandung ini bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan dan kesejahteraan para wanita.
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Komunikasi, Muthia Umar mengutarakan pandangannya terkait dengan hari perempuan. Muthia mengatakan, tidak ada perbedaan yang signifikan antara wanita maupun pria. Sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah SWT, dengan tidak membedakan martabat pria dan wanita dalam beramal baik dan saleh. Beberapa poin pun digagaskan Muthia dalam peringati hari perempuan internasional melalui perspektif islam.
- Perbuatan Manusia
Sejatinya perbuatan pria dan wanita sama nilainya di mata Allah SWT. Sejak Islam muncul, manusia telah dituntun dan sesuai berdasarkan ajaran nilai islam didalamnya. Diakuinya, secara perbuatan tidak dibedakan antara kaum laki-laki dengan perempuan dalam bertindak baik dan benar. Maka tidak ada kekhawatiran dari kaum perempuan untuk tidak mendapat pahala.
“Kaum wanita sebaiknya mampu menyetarakan dirinya dengan kaum pria, tidak harus selalu tunduk. Wanita dapat melakukan hal lazim yang dapat diterima oleh kaum pria. Berdasarkan ayat Al-Quran disebutkan apabila pria yang beriman, maka wanita juga beriman lalu pria yang taat, wanita pun taat,” ucapnya.
- Kesetaraan Gender
Nilai-nilai islam pun bermunculan setelah kehadiran Nabi Muhammad SAW tentang kesetaraan gender antara pria dan wanita. Sebagai manusia tentu mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Seperti kenyataannya, pria yang telah ditakdirkan menjadi seorang pemimpin, meski tidak menutupkemungkinan bahwa wanita bisa memimpin. Namun, terkecuali bila menjadi imam shalat dan kepala rumah tangga yang seharusnya dimiliki kaum pria.
Sama halnya dengan pria, wanita pun dapat memimpin suatu organisasi bahkan negara atau seminimalnya aktif dalam pendidikan maupun kegiatan positif lainnya. Mengutip dari Plato “perempuan itu akan sama berdayanya dengan pria mana kala diberikan hak yang sama untuk meninggalkan tugas domestik”.
Salah satu mahasiswi Fakultas Psikologi, Mariska Bianca menuturkan pandangannya mengenai kesetaraan gender. Menurutnya emansipasi sangat diperlukan oleh wanita, karena wanita tidak hanya mengerjakan urusan dapur. Pendidikan juga merupakan hak dari perempuan dan dengan adanya emansipasi wanita menjadi lebih dihargai.
Mariska juga mengungkapkan harapan dengan adanya hari wanita sedunia. “Perempuan harus diperlakukan sebaik-baiknya dan tidak ada lagi kekerasan seperti dibentak-bentak dan kekerasan mental lainnya,” tutur mahasiswi angkatan 2016 tersebut. (Febrian dan Aldi/SM)