Illustrasi Pendistribusian Jas Almamater dan Tumbler Air Minum Unisba. (Fahriza Wiratama/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Universitas Islam Bandung (Unisba) masih belum menuntaskan pendistribusian Jas Almamater dan Tumbler Unisba kepada mahasiswa baru angkatan 2020. Wakil Rektor III, Asep Ramdan Hidayat mengatakan pengiriman jas almamater dan tumbler belum tuntas sepenuhnya terutama kepada mahasiswa yang tinggal di luar Kota Bandung karena terdapat kendala dalam segi pengiriman barang.
“Lamanya proses pengiriman dikarenakan adanya beberapa kendala, terutama kesalahan dalam pengetikan alamat. Hal ini dikarenakan proses pengiriman dilakukan dalam skala banyak. Kendala lain yaitu dari sisi ukuran jas, yang ketika sudah dicoba ternyata ukuran nya kekecilan.” Ujar Asep saat diwawancarai via pesan daring pada Rabu (10/02).
Terkait pengiriman ke luar Kota Bandung, kata Asep, hanya jas almamater tanpa mengirim tumbler. Hal ini dilakukan sebab tumbler merupakan benda yang riskan hilang. Pun untuk biaya pengiriman jas, dibayar langsung oleh mahasiswa yang bersangkutan. “Jadi, jas almamater yang dikirim itu dengan ongkos bayar di tempat oleh mahasiswa yang bersangkutan, karena memang universitas tidak mengaggarkan biaya tersebut.” Katanya.
Untuk pengambilan atribut sendiri, dalam sehari, rata-rata ada 75 hingga 150 mahasiswa datang ke kampus untuk pengambilan atribut tersebut termasuk yang berada diluar Kota Bandung seperti Garut, Sumedang, dan Subang. Pun hanya tersisa sekitar 400 orang saja yang belum mengambil atribut karena jas almamater masih dalam proses packing.
Salah satu mahasiswa baru Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Dina Aulia tidak keberatan terkait pengiriman atribut yang menggunakan ongkos sendiri namun awalnya ia mengira bahwa biaya tersebut sudah ditanggung oleh pihak kampus.
Senada dengan yang dirasakan Dina, salah satu mahasiswa baru asal Belitung, Daniella Rizkiyah juga pasrah dengan keadaan tersebut. “Ya gimana lagi, kalo emang harus bayar sendiri ongkos kirim (ongkir) nya hehe. Soalnya di infonya ongkir memang di tanggung penerima itu sendiri.” Ujarnya saat diwawancarai via whatsapp pada Rabu (10/02).
Melonjaknya Harga Tumbler Menjadi 300 ribu rupiah
Perihal biaya tumbler yang melonjak menjadi 300 ribu rupiah, Asep menjelaskan bahwa biaya tersebut dikeluarkan oleh mahasiswa untuk melakukan service kepada mesin air minum meskipun tidak terpakai, sebab dalam kondisi seperti ini, mesin air minum harus tetap dirawat agar tetap berfungsi dengan baik.
“Mahasiswa harus mengerti kondisi ini, walaupun tidak ada orang itu relatif tidak ada biaya, tapi dilain pihak beberapa perusahaan, mereka tetap harus merawat, mengurus karyawannya supaya tidak PHK. Jadi ada hal yang memang kita harus wise dalam keadaan semacam begini.”
Menanggapi hal tersebut, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Satria Depri Ramadhan menceritakan bahwa dirinya merasa keberatan dengan kenaikan harga tersebut. Menurutnya, harga yang diberikan oleh Universitas membuatnya merugi sebab ia tidak merasakan fasilitas tersebut secara langsung. “Saya merasa merugi karena tidak mendapatkan fasilitas, hal tersebut hanya menguntungkan pihak Universitas saja.” Tuturnya saat diwawancarai via pesan daring pada Jumat (19/02).
Reporter: Wahyu Nursinta & Shafa Alifia
Penulis: Wahyu Nursinta
Editor: Tazkiya Fadhiilah Khoirunnisa