Suaramahasiswa.info, Unisba–Berbagai organisasi dan elemen yang tergabung dalam Aliansi Simpul Puan hadir di depan Gedung Sate, Kota Bandung, untuk merayakan International Women’s Day (IWD) pada Jumat, (8/3). Aksi ini merupakan lanjutan dari serangkaian acara peringatan IWD 2024 mengenai ketidakadilan gender di Indonesia.
Koordinator lapangan Nida Nurhamidah mengatakan bahwa aksi ini dilatarbelakangi oleh enam sektor yang menyebabkan ketidakadilan gender. Di antaranya, kekerasan berbasis gender, kesejahteraan buruh, diskriminasi minoritas, minoritas gender, pendidikan, serta penggusuran dan genosida.
“Kalau ditotal ada 44 tuntutan dan kita ingin masuk di segala sektor karena yang kita angkat itu isu intersectional, jadi ragam perempuan pasti mengalami pengalaman ketertindasan yang berbeda-beda berdasarkan latar belakangnya seperti apa,” ujarnya pada Jumat, (8/3).
IWD 2024 ini mengambil tajuk, “Moal Aya Haseup mun Euweuh Seuneu, Wanoja Ngalawan,”. Nida menjelaskan, bahwa arti dari tajuk tersebut yaitu kata “Seuneu” yang artinya Api melambangkan luapan amarah dari seorang “Wanoja” atau perempuan karena ketertindasan yang masih terjadi.
Salah satu mahasiswa Universitas Pasundan (Unpas), Siska Bamulki, menyatakan bahwa peringatan IWD tahun ini dipersiapkan dengan matang sehingga banyak yang terlibat untuk merayakan. Siska berharap aksi seperti ini dapat memberikan solusi untuk perempuan dan kaum minoritas mengenai penindasan.
“Kita berjuang hari ini karena ada penindasan, bukan hanya terjadi di Indonesia tapi kita perempuan papua juga ikut merasakan penindasannya secara langsung. Jadi, saya berharap semoga dengan adanya aksi-aksi ini, ada pergerakan untuk solusi-solusi yang bisa kita dapatkan bersama, bukan hanya untuk perempuan tapi untuk semua kaum minoritas,” kata Siska.
Senada dengan Siska, Ainul Mardiah, salah satu mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengungkapkan kekagumannya akan aksi ini karena menunjukkan kesadaran sosial yang telah meningkat dan berkembang setiap harinya. Ia mengharapkan aksi seperti ini, dengan banyaknya tuntutan yang dilayangkan, dapat sedikitnya didengar oleh pemerintah.
“Semoga dari aksi yang dilakukan ini pemerintah mau mendengarkan gitu walaupun sedikit, karena banyak sekali tuntutan yang kita buat setidaknya ada lah beberapa tuntutan yang kita buat mereka tersadarkan dan kembali berpihak kepada rakyat gitu, karena kita sendiri rakyat demokrasi, oleh rakyat untuk rakyat gitu,” ujar Ainul.
Di sisi lain, Nida berharap, IWD bisa menjadi wadah bagi suara-suara yang sulit diungkapkan dengan saling bertukar pengalaman dari berbagai macam latar belakang mengenai ketertindasan sehingga menciptakan hubungan yang saling mengetahui serta tidak mendiskriminasi. Selain itu, semangat melawan budaya patriarki dan kapitalisme dapat tumbuh.
Reporter: Rizki Khisban/Job
Penulis: Alfira Putri Marcheliana Idris/Job
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM