
Foto massa aksi memperingati International Woman`s Day 2025 di bawah Jembatan Pasupati, Jl. Prabu Dimuntur, Kota Bandung, pada Sabtu, (8/3). (Foto: Siska Vania/Job).
Suaramahasiswa.info, Unisba–Berbagai elemen dalam Aliansi Simpul Puan merayakan International Women’s Day (IWD) 2025 di bawah Jembatan Pasupati, Jl. Prabu Dimuntur, Kota Bandung, pada Sabtu, (8/3). Aksi ini digelar untuk memperingati kembali terkait ketidakadilan gender dan menerangi Indonesia gelap.
Koordinator Lapangan (Korlap), Nidan ungkap bahwa aksi bukan hanya untuk memperingati IWD namun juga pembacaan kondisi Indonesia saat ini. Walaupun begitu, isu yang diangkat pada IWD tahun ini tidak jauh berbeda dari tahun kemarin.
“Ada 49 tuntutan. Salah satunya tolak danantara, dan implementasi UU TPKS (Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual, Red) yang harus difokuskan lagi. Lalu juga kurangi harga bahan pokok yang sekarang naik, lalu sahkan RUU PPRT (Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, Red),” ujarnya pada Sabtu, (8/3).
IWD 2025 ini mengangkat tema “Perempuan, Kehidupan, Pembebasan” serta “Menerangi Indonesia Gelap.” Tema tersebut diangkat karena masih banyak perempuan yang tertindas dan belum mendapatkan kebebasan. Selain itu, memprotes kebijakan pemerintahan yang berpengaruh terhadap hak-hak perempuan.
Di sisi lain, aksi kali ini berbeda dengan tahun kemarin, sebab berbarengan dengan bulan ramadan. Sehingga Nidan mengatakan bahwa acara diperbanyak refleksi dan ditambah dengan kegiatan buka bersama.
Pada awal acara dibuka dengan pemanasan lalu dilanjut press conference musik, performance art, refleksi lintas agama dan kepercayaan, kultum, doa bersama, buka bersama. Setelah itu, menyalakan obor, orasi, mimbar bebas, flashmob bayar polisi, lumbung wanoja, serta ditutup dengan pernyataan connotation.
Acara juga dimeriahkan oleh berbagai lapakan. Di antaranya, face painting, perpustakaan jalanan, baju gratis, cukur, radjoet rasa, konsultasi hukum, rise above media, lumbung wanoja (beras), tes Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan safe corner.
Salah satu peserta aksi, Arini, mengaku senang karena mendapat kebebasan untuk berekspresi dan menyampaikan keluh kesahnya sebagai perempuan. “Aku merasa kita memiliki ruang yang bebas. Aku merasa kemarin-kemarin kita selalu diberikan ruang yang sempit dari pemerintah, dari lingkungan sekitar. Namun hari ini, kita diberikan ruang untuk bisa berekspresi, untuk bisa mengeluarkan keluh kesah sebagai wanita.” Katanya.
Arini pun berharap puluhan tuntutan yang disampaikan dapat didengar oleh pemerintah. Ia juga menekankan peringatan IWD tidak hanya menjadi acara tahunan semata, tetapi dapat memberikan ruang yang bebas untuk berekspresi dan membawa perubahan nyata.
Peserta lainnya, Refaluna menyatakan pemerintah harus lebih lebih fokus pada kesejahteraan perempuan. Lalu, ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memberikan contoh kepada masyarakat mengenai penghormatan terhadap perempuan yang layak dihormati dan diperjuangkan.
Ia berharap semua masalah terkait kesetaraan ini dapat terselesaikan. “Semoga tidak ada lagi IWD yang melawan, maksudnya kedepannya masalah masalah sudah dituntaskan. Dengan IWD semakin baik, dan tidak emosi seperti ini.” Tuturnya.
Reporter: Dandi Pangestu Rusyanadi/Job
Penulis: Kelvin Rizqi Pratama/Job
Editor: Alfira Putri Marcheliana Idris/SM