Unisba mempresentasikan hasil akreditasi internasional saat jumpa pers di Gedung Rektorat Unisba, Jalan Tamansari No. 20, Kota Bandung, pada Senin (1/7/2019). (Puspa Elissa Putri/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Sebuah percakapan antara calon mahasiswa dan ibunya:
Calon Mahasiswa: “Ibuk, saya mau daftar ke Universitas Islam Bandung.”
Ibuk: “Akreditasinya apa dek?”
Calon Mahasiswa: “‘A’ buk universitasnya, tapi prodinya beda-beda, sudah ada yang internasional.”
Ibuk: “Lho apa bedanya, dek?”
Calon Mahasiswa: “Enggak tahu…. Namanya aja mungkin buk.”
Ibuk: “Ya sudah masuk prodi yang udah akreditasi internasional saja, pasti bagus.”
Begitulah fenomena yang sering dijumpai ketika seseorang akan memasuki perguruan tinggi, baik swasta ataupun negeri. Pasalnya ketika memasuki dunia kerja, yang dilihat tidak lain adalah akreditasi yang dimiliki perguruan tinggi tersebut. Maka sangatlah penting, bukan akreditasi yang disandang kampus biru?
Namun, bagaimana dengan akreditasi internasional? Memangnya bisa? Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang sering terdengar di kampus biru saat itu. Dalam rentan waktu menuju penilaian level internasional, Unisba mulai membenahi fasilitas. Kampus yang tadinya semrawut, satu per satu mulai terlihat apik.
Wakil Rektor I, Harits Nu’man menuturkan tujuan adanya akreditasi internasional untuk meningkatan mutu yang diakui secara internasional. Selain itu akreditasi internasional dapat meningkatkan jumlah peminat mahasiswa ke Unisba, kata Harits pada Kamis (3/5). Berkat akreditasi internasional ini, Unisba pun mampu masuk dalam lima besar se-Jawa Barat-Banten perguruan tinggi swasta. Bagaimana bisa pasar tidak tergiur dengan pencapaian tersebut?
Segala upaya Unisba lakukan untuk meraih gelar akreditasi internasional, tidak lain untuk mencakup popularitas di kancah yang lebih jauh. Rektor Unisba, Edi Setiadi mengatakan Unisba sudah memiliki predikat ‘A’ dari Badan Akreditasi Nasional (BAN) – Perguruan Tinggi (PT), alias kasta tertinggi. Namun untuk mempertahankan predikat itu hingga 2022, Unisba melenggangkan sayapnya di kancah internasional.
Maka dari itu, Unisba segera mengajukan beberapa Prodi untuk di akreditasi internasional. Harits berharap bagi prodi yang belum bisa mengikuti aktreditasi internasional tahun ini, dapat segera mengikutinya. Begitu pun mahasiswanya diharapkan untuk ikut mendukung pencapaian ini.
“Terdapat lima prodi yang belum terakreditasi internasional, kita sudah menawarkan, namun prodi tersebut belum menyanggupi, karena memang masih ada fokus yang harus mereka lakukan,” ungkapnya ketika ditemui di konferensi Pers Jalan Tamansari No.20
Harits berharap bagi prodi yang belum bisa mengikuti aktreditasi Internasional tahun ini, dapat segera mengikutinya. Mahasiswanya pun harus ikut serta mendorong prodinya agar cepat mengikuti akreditasi internasional.
Salah Satu Prodi yang tidak mengikuti akreditasi Internasional
Wakil Dekan I Fakultas syari’ah Zaini Abdul Malik mengatakan, tidak semua prodi di Fakultas Syari’ah terakreditasi internasional hanya prodi Hukum Ekonomi Syari’ah saja. Menurutnya, tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara program studi yang telah terakreditasi internasional dan belum. “Secara peraturan, kegiatan belajar dan mengajar, tidak ada perbedaananya dengan yang belum terakreditasi internasional” jelasnya pada, Senin (1/6)
Lantas, seberapa berpengaruhnya akreditasi internasional yang telah diperoleh? Menjawab pernyataan tersebut, Zaini menjelaskan, bahwa akreditasi internasional tersebut hanya sebagai performa yang mendukung naiknya peringkat Universitas menjadi perguruan tinggi terbaik.
Reporter: Gina Santia
Penulis: Puspa Elissa Putri
Editor: Puteri Redha Patria