Potret tempat administrasi Universitas Islam Bandung (Unisba) di Gedung Fakultas Kedokteran, Jalan Taman Sari No. 22, Kota Bandung pada Jumat (18/8/2017). Fakultas Kedokteran tahun ini menaikan biaya Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) atau sering disebut koasisten. Mahasiswa lulusan tahun 2017 yang akan mengikuti koas, keluhkan kenaikan biaya ini yang dinilai kurangnya sosialisasi dan rincian biaya.
Suaramahasiswa.info, Unisba – Kenaikan biaya Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Bandung (Unisba), menuai protes dari lulusan yang hendak mengikuti program koasisten tersebut. Fakultas menaikan biaya koasisten sebesar 20 juta yang mulanya membebankan pesertanya dengan jumlah 100 juta. Diungkapkan Praluki Heriawan, salah satu lulusan FK Unisba yang akan menjalani P3D merasa kaget dengan kenaikan ini. “Kami mengetahui informasi resmi ketika yudisium pada Selasa (15/8) sebesar 120 juta, sedangkan cicilan pertama pada tanggal 21 Agustus nanti,” ucap Praluki pada Jumat (18/8).
Menurut penuturannya, Dekan FK Ieva B. Akbar pada open house yang dilakukan tahun 2013, biaya koas hanya sebesar 100 juta. “Kalaupun dinaikan kami meminta transparansi dan kejelasan alokasinya. Setelah diumumkan pun, rincian tidak diberikan. Ketua P3D pun terkesan lepas tangan,” keluhnya saat ditemui di Gedung Fakultas Kedokteran.
Keluhan yang sama diungkapkan oleh Rizky Perdana Mulyadi sarjana lulusan tahun 2017. “Kalaupun sekarang ada kenaikan, setidaknya ada solusi dan rincian. Kita berharap setelah ini diadakan audiensi,” ungkapnya. Ia sempat menceritakan kejadian sesudah melihat selembaran biaya koas yang meningkat. Rizky mengungkapkan jika ia sempat melakukan konfirmasi terkait rincian biaya kepada Ketua P3D, fakultas, universitas dan yayasan, tetapi tak juga menemukan jawaban.
Terkait hal ini, Wakil Rektor II Efik Yusdiansyah mengungkapkan, pemberitahuaan penambahan 10 persen uang koasisten setiap tahun selalu disosialisasikan dalam Open House. Ia mengatakan, mahasiswa dan orang tua seharusnya sudah memperhitungkan hal ini sedari awal. “Justru Unisba tidak melakukan kenaikan dalam tiga tahun terakhir. Tahun ini pun ketika mengikuti 10 persen kenaikan harusnya jadi 147 juta, tetapi melihat sekarang 120 juta pun masih cukup,” ungkapnya.
Diungkapkan Efik juga, kenaikan ini diputuskan setelah sebelumnya ada pengajuan dari fakultas bukan semata-mata keputusan universitas. Menurutnya biaya ini meningkat karena fee rumah sakit dan penambahan kegiatan dalam P3D menjadi salah satu faktornya. “Kenaikan ini berhubungan dengan instansi lain jadi mau tidak mau ya harus disesuaikan. Kalau tanya saya, ya kalau cukup sebisa mungkin tidak naik,” tungkasnya saat ditemui di Gedung Rektorat. (Iqbal/SM)