Pengendara motor keluar dari area parkir bawah (belakang Masjid) di Jalan Tamansari No. 1, Kota Bandung pada Kamis (9/1/2020). (Puspa Elissa Putri/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Piranti parkir yang dicanangkan sejak 2016, selalu mengalami kendala. Meski begitu, beberapa kali piranti tersebut diperbaiki, tapi tidak ada hasil yang nyata hingga empat tahun berselang. Kepala Parkir Unisba, Mulyadi pun berencana akan membeli sistem piranti baru.
“Saya sudah ngobrol dengan yayasan untuk minta ganti, jadi saya mau beli,” ujarnya saat ditemui di Sekretariat Yayasan Unisba, Jalan Tamansari No. 26.
Untuk membeli sistem piranti parkir baru, biaya yang dikeluarkan kisaran 15 juta per enam sistem piranti. Mulyadi akan menggunakan uang hasil parkir untuk membeli piranti, yang direncanakan akan terkumpul pada Februari mendatang.
Sistem piranti baru akan dipasang di area parkir atas (Menwa), bawah (belakang masjid), Fakultas Kedokteran (FK), Tamansari 24, dan Ranggagading. “Saya pengen ngeberesin dulu yang di gedung kedokteran kan kunci utama disana, baru semuanya dipasang. Harus satu satu,” tuturnya.
Mulyadi menjelaskan masalah yang selalu hadir adalah ketika proses pencetakan tiket, mesin akan mati otomatis. Selain sistem, penjadwalan piranti pun belum Mulyadi pikirkan, mengingat kebiasaan mahasiswa yang keluar masuk Unisba hingga larut malam, sampai menginap. jika piranti sudah berjalan, kata Mulyadi, akan menimbulkan perdebatan dengan mahasiswa.
Selain itu, Mulyadi menyebut piranti parkir penting untuk mendisiplinkan mahasiswa perihal pembayaran – padahal empat tahun terbengkalai. Pasalnya mahasiswa selalu tidak sesuai bayar parkir dengan lama parkir. “Misalkan motor sudah menginap berbulan-bulan, taunya diambil hari Minggu [libur] jadi bayar ke Satpam paling bayar cuma dua ribu. Belum lagi yang keluar nyelonong aja enggak bayar,” tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, juru parkir Unisba Asep Rohman mengatakan ada tidaknya piranti tidak berpengaruh dalam kinerjanya, karena mahasiswa selalu tidak mengikuti aturan. “Cuman ya bakal jujur enggak? Kebanyakan ‘kan karcisnya itu enggak akan kembali. Terus pulang jam 12 malam bayarnya ke satpam atau ke siapa harusnya?,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), Muhammad Fadlilillah mengganggap penggarapan piranti sudah terlalu lama dibiarkan, dan merasa kampus tidak ada pergerakan yang nyata terkait pembenahan parkiran.
“Kalo misalkan sudah rusak lama gini terus enggak akan dibenerin mah mending enggak usah ada aja sekalian. Tapi kalau mau dibenerin juga itu kayaknya bakal jadi lebih efektif juga untuk mahasiswa,” kata mahasiswa angkatan 2018.
Penulis: Puspa Elissa Putri
Reporter: Dewi Ayu & Puspa Elissa Putri
Editor: Febrian Hafizh Muchtamar