Massa aksi International Woman Days (IWD) memegang papan tuntutan di depan Gedung Sate, Jumat (08/01/2019). Mereka tergabung dalam satu aliansi, Clember. Salah satu poin penting dalam Long March kali ini yakni perempuan dan pendidikan.
Suaramahasiswa.info, Bandung – Berbagai organ dan kalangan masyarakat di Bandung lakukan aksi di Gedung Sate. Hal ini dilakukan untuk peringati Internasional Woman Day’s (IWD). Motor penggerak kali ini tergabung dalam satu aliansi, Clember. Salah satu poin penting dalam Long March Jumat (08/01/2018) yakni perempuan dan pendidikan.
Menurut Koordinator Lapangan Aksi, Meha, pelecehan dan kekerasan seksual kerap kali dilakukan oleh pihak kampus. Seperti yang ia sebutkan yaitu dalam Kasus Agni di UGM. Hal lain yang dikatakan yakni seksisme di dalam kelas dan dalam percakapan. “Kampus kita tidak memuat kesetaraan gender yang baik,” ungkap mahasiswa UPI tersebut.
Terkait hal itu, mahasiswa Fakultas Ekonomi 2017, Alfin Nur Kahfi mengaku ia sering melihat bentuk pelecehan seksual di Unisba. “Saya suka lihat laki-laki bertingkah tidak wajar, sampe perempuannya keliatan gak nyaman gitu. Padahal bukan pacarnya,” ucapnya.
Tahun politik menjadi hal yang disoroti saat berbarengan dengan pelaksanaan IWD. Meha mengatakan, jika aksinya tidak memihak dua kubu dalam Pemilu. “Kami akan mewujudkan politik alternatif perempuan, bahwa kekuatan tidak hanya ada di pemerintah.” Ia menjelaskan bahwa perempuan bisa membuat kolektif-kolektif yang bergerak dalam isu perempuan.
Selain hal itu terdapat enam poin penting lain yang jadi tuntutan long march tahun ini. Ketenagakerjaan, Agraria, Pendidikan, Tanah West Papua, Tanah Pattani dan Amerika Latin. Menurut Mahasiswa UPI ini isu perempuan bukan sekedar tentang gender. “Kita harus melihat setip isu secara struktural, bahwa ada penyebab struktural yang mengakibatkan kejahatan seksual terjadi.” (Ressy/SM)