Yusuf Sahroni, Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Unisba 2012-2013
Suaramahasiswa.info, Unisba – TEPAT empat bulan Wisuda Sarjana Strata Satu gelombang pertama bakal digelar. Maka jadwal Presiden Mahasiswa Yusuf Syahroni, kian padat –bukan untuk mempersiapkan acara itu– melainkan dia akan menjadi salah seorang dari mahasiswa yang kelak akan diwisuda di Aula Universitas Islam Bandung (Unisba), pada Februari 2014 mendatang.
Media massa kampus dan publik kian tajam menyorot BEM-U –lembaga yang dipimpin Yusuf itu. Terlebih sejak Badan Pekerja Pemilihan Umum (BPPU) belum memberikan kepastian tanggal kapan pemilu akan digelar. Aroma kekecewaan memancar dari raut muka presiden mahasiswa yang memimpin sebanyak 9.000 mahasiswa selama hampir 1,5 tahun tersebut.
Rabu siang (20/11), Yusuf bersedia menjawab pertanyaan wartawan Suara Mahasiswa, Sugiharto Purnama, di sela kesibukannya. Berikut hasil petikan dari wawancara eksklusif tersebut.
Pihak BPPU lagi-lagi menunda terselenggakannya pemilu. Bagaimana penilaian Anda?
Mungkin belum ada persiapan yang matang dari mereka. Tampaknya, ada pertimbangan yang serius terkait hal ini agar pemilu terselenggara dengan baik. Dulu saya pernah mendengar wacana jika bakal calon sudah ada satu orang–nyatanyanihil.
Apa ada instruksi khusus dari pihak rektorat dalam menanggapi hal ini?
Dari pihak rektorat tidak ada instruksi. Mereka hanya menghimbau agar pemilu dipercepat lantaran petinggi DAM-U dan BEM-U sebagian sudah lulus bahkan ada lagi yang akan lulus –yang mereka khawatirkan akan menghambat progam kerja dari kemahasiswaan.
Massa jabatan Anda selama hampir 1,5 tahun. Lantas, apa Anda keberatan?
Disebut keberatan sih tidak dan disebut sebaliknya juga tidak. Ya, tanggapan saya biasa saja. Terlebih saat saya menjabat sebagi Presma matakuliah saya sudah habis.
Bagaimana sikap Anda terkait lambannya pemilu yang diadakan oleh BPPU?
Saya tetap mendukung proses terselenggaranya pemilu. Saya belum akan melepas kepemerintahan jika pemimpin yang terpilih tidak mumpuni.
Rencananya, kapan Anda diwisuda?
Februari 2014 mendatang. Saat ini saya harus mempertanggungjawabkan dua Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ), pertama LPJ untuk lembaga yang saya pimpin dan kedua LPJ dalam bentuk skripsi untuk orang tua saya.
Bagaimana jika kelak BPPU masih belum menemukan calon, bahkan setelah Anda diwisuda?
Kalau dari saya pribadi itu kembali kepada para mahasiswa dan aktivis kampus yang berkutat di ranah politik. Apakah mereka mau dipimpin oleh sarjana? Sedangkan label di sini adalah Presiden Mahasiswa bukan Presiden Sarjana. Jelas itu menyalahi aturan di dalam PDPRT. Tapi, kalau misalkan tidak masalah, ya saya akan bertahan.
Jika masih tidak ada calon setelah Anda memperoleh gelar sarjana, apakah Anda akan mundur?
Itu belum saya pikirkan. Saya merasa tidak enak –jika posisi saya sudah memiliki gelar sarjana–tapi masih memimpin. Kalau seperti itu kenyataannya, jelas harus diadakan Kongres Luar Biasa.
Berarti Anda tidak akan mundur……
Jujur, saya masih sayang sama BEM-U dan belum akan meninggalkan posisi ini jika belum ada pengganti yang cocok.
Apa Anda tidak melayangkan gugatan kepada BPPU dan DAM-U selaku pihak yang paling bertanggung jawab atas molornya tanggal penyelenggaraan pemilu?
Wah, gugatan itu kata yang terlalu kasar. Paling ini aja sih, kita saling sharingmengenai hal ini kenapa penyelenggaraan pemilu tersendat –tidak sampai melayangkan gugatan semacam itu.
Ada yang bilang hingga saat ini belum ada bakal calon Presma dan Wapresma yang berani maju mencalonkan diri. Apa tanggapan Anda?
Saya tidak tahu mengenai hal itu. Mungkin mental mereka belum siap untuk maju ke tataran universitas.
Anda pernah kebingungan…..
Iya, saya masih belum tau apa dan kenapa –saat inibelum ada orang yang bersedia menggantikan posisi saya secara terang-terangan di depan publik.
Apa harapan Anda terhadap bakal calon yang kelak maju mencalonkan diri untuk menggantikan posisi Anda saat ini?
Pertama, harapan untuk bakal calon yang kelak maju menggantikan saya adalah orang yang lebih baik dari saya. Kedua, saya menghimbau agar mereka jangan memulai kepemimpinan baru dari nol –dalam pengertian terus melanjutkan program lama yang belum terlaksana.
(Sugiharto Purnama/SM)