Hokky Sitongkir dari Bandung FE Institute sedang mengisi acara Transformatics yang ke empat. Acara tersebut digelar oleh Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika) pada Minggu (15/5) di Aula Unisba. Mengangkat tema ‘Misteri di Balik Batik Fraktal’ para penyelenggara ingin menunjukan bahwa matematika berperan juga dalam seni khususnya batik. (Rifka/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika) Unisba kembali menggelar acara Transformatics yang ke empat kalinya pada Minggu (15/5) di Aula Unisba. Dengan tema “Unlocking the Secret of Science and Art, Misteri di Balik Batik Fraktal”. Dihadiri oleh dua pembicara, yakni Hokky Sitongkir dari Bandung FE Institute dan Sri Wulandari, ketua Sobat Budaya Se-Indonesia.
Pada kesempatan kali ini, penyelenggara ingin menunjukan bahwa ilmu sains dan seni sangat berkesinambungan. Salah satunya batik, yang di dalamnya terdapat unsur matematika. Hal tersebut dibenarkan oleh Samsu Ma’ruf, selaku ketua pelaksana.“Tema ini unik, ternyata dari matematik sendiri pun bisa menjadi seni. Maka dari itu kita mengangkat batik fraktal sebagai tema kali ini,” sahutnya.
Hokky Sitongkir menjelaskan, matematika ada dalam setiap kehidupan manusia, mulai dari aspek sosial hingga kesenian. Dalam hal ini contohnya adalah batik yang sudah menjadi budaya. Biasanya manusia tidak sadar jika apa yang mereka lakukan itu adalah matematik.
“Ketika orang bermain musik sebenarnya mereka sedang berhitung. Jika hitungannya meleset, pasti jadi tidak enak didengar. Sama halnya dengan hitungan matematika dalam pola batik. Seni hari ini dan masa depan itu adalah matematik, sains masa depan adalah seni,” tandasnya.
Apresiasi pun dituturkan oleh salah satu peserta, Naila Fauziah. Ia mengaku sangat tertarik dengan Transformatics kali ini karena menambah wawasannya tentang hubungan matematika dengan seni. “Saya juga baru tau kalau batik itu ada unsur matematikanya seperti geometri misalnya,” ujar mahasiswa Fakultas Mipa 2012 tersebut. (Rifka/SM)