Rini Rinawati, sekretaris Pusat Perlindungan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) sedang menjelaskan bahwa tontonan tidak layak sama dengan kekerasan terhadap anak pada seminar nasional yang diadakan dalam pra kongres Forkomnas KPI Pendopo Wali Kota Bandung, jalan Dalem Kaum no.1 pada Senin (29/8). (Rifka/SM)
Suaramahasiswa.info, Bandung – BEM Fakultas Dakwah Unisba menjadi tuan rumah dalam perhelatan pra kongres Forum Komunikasi Mahasiswa Nasional (Forkomnas) Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Acara tersebut digelar di Pendopo Wali Kota Bandung, jalan Dalem Kaum no.1 pada Senin (29/8). Tema ‘Peran Media Dalam Membangun Moral Bangsa yang berkemakmuran’ diusung pada kesempatan kali ini.
Muhammad Rizky Fauzi selaku ketua pelaksana mengatakan alasan diangkatnya tema tersebut karena media saat ini sudah meresahkan masyarakat dengan menayangkan tontonan yang tidak baik.
Rini Rinawati, sekretaris Pusat Perlindungan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat mengatakan, media terutama televisi menjadi faktor paling berpengaruh atas terjadinya kasus kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan dan anak. Saat ini masih saja ada stasiun TV yang menayangkan tontonan yang tidak layak. “Isi dari media mempunyai nilai positif dan negatifnya, maka dari itu harus dipilah terlebih dulu,” ujarnya.
Pada dasarnya, tontonan tidak layak masih bisa disebut dengan kekerasan terhadap perempuan dan anak, tambah Rini. Sebab, penayangan program TV yang tidak baik termasuk kekerasan psikis yang dapat mempengaruhi bahkan mengganggu kejiwaan seseorang karena orang-orang bisa meniru adegan yang tidak pantas.
Rini menjelaskan, mahasiswa sebagai agent of change harus cepat tanggap dalam mengatasi keresahan-keresahan tersebut. “Terlebih lagi sebagai akademisi yang berkecimpung dalam komunikasi Islam, jangan tinggal diam jika ada kasus kekerasan ataupun pelecehan yang terjadi pada perempuan dan anak,” ujarnya. (Rifka/SM)