
Ananda Badudu , personel Banda Neira menutup Festival 100 Tahun Albert Camus, Kamis malam (28/11) di Institut Francais Indonesia, Jln. Purnawarman no. 32 Bandung
Ananda Badudu , personel Banda Neira menutup Festival 100 Tahun Albert Camus, Kamis malam (28/11) di Institut Francais Indonesia, Jln. Purnawarman no. 32 Bandung
Suaramahasiswa.info, Bandung – Festival 100 tahun Albert Camus yang diadakan di Institut Francais Indonesia (IFI) Bandung selesai digelar. Acara yang dimulai sejak 7 November lalu ditutup oleh penampilan Ananda Badudu (Banda Neira) Kamis malam, (28/11). Dihari yang sama turut hadir Goenawan Mohamad yang mengajak pendatang yang didominasi mahasiswa Bandung, untuk berdiskusi mengenai pemikiran-pemikiran filosofi Albert Camus.
Pemikiran Albert Camus dianggap masih relevan bagi kehidupan sosial di Indonesia. Pasca zaman orde baru, Indonesia sendiri masih dilanda kegamangan sosial masyarakat seperti krisis kebebasan dan identitasnya. Terkait hal itu, masyarakat Indonesia pun harus menyadari esensi kemerdekaan individunya seperti apa, serta kecintaan antar sesamanya.
Acara ini bukan acara perayaan individu, melainkan perayaan pemikiran seorang individu. Bagaimana pemikiran Albert Camus bisa diterapkan di Indonesia. “Jadi dalam acara ini mari kita kultuskanlah pemikiran, kultuskanlah pandangan jangan kultuskan orangnya, kita disini bukan merayakan orang bukan individu tapi kita merayakan bagaimana pemikiran, bagaimana pengaruh pemikirannya, bagaimana relevansi pemikirannya di Indonesia,” papar Bajik Assora selaku Koor. Materi acara.
Antusiasme peserta yang hadir terbilang cukup tinggi, hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Bandung khusunya mahasiswa, masih mempunyai banyak minat terhadap diskusi-diskusi yang sifatnya lebih kepada bidang filsafat. “Masih antusias, paling tidak masyarakat Bandung masih tertarik untuk mengikuti diskusi-diskusi yang bisa dibilang sifatnya lebih ke filsafat ketimbang diskusi-diskusi sosial biasa,” ungkap Bajik mengomentari peserta yang hadir.
Ananda Badudu sebagai penutup perform acara, ikut mengomentari acara ini yang terbilang menjadi penggerak hati untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan patut dicontoh. Ia juga mengharapkan agar acara seperti ini terus diadakan, namun dengan pemikiran-pemikiran yang baru, bukan Albert Camus saja.
“Lebih banyak lagi acara kaya gini, ini kan ngebahas soal Albert camus mungkin orang enggak sekali datang bisa langsung paham pemikiran dia, tapi acara-acara ini kan jadi impuls, bisa memancing orang untuk mencari lebih tahu banyak, mungkin acara kedepan bukan cuma Albert Camu saja, masih banyak tokoh-tokoh pemikir yang lain,” komentar dan harap pria lulusan Unpar ini. (Adil Nursalam/SM)
Saya sendiri bukan mahasiswa (lagi) dan bukan penduduk kota Bandung turut menikmati sebagian kecil acara 100 tahun pemikiran albert camus di hari terakhir (28 november 2013). saya beruntung bisa mengikuti diskusi dengan bapak gunawan muhammad serta membeli beberapa buku tentang albert camus di IFI Bandung.
Simposium seperti ini wajib dilestarikan. Saya berharap masa-masa mendatang, panitia menggali pemikiran-pemikiran sutan takdir alisjahbana, bung hatta, atau tokoh pemikir Indonesia lainnya, supaya masyrakat kita semakin teredukasi serta mengembangkan pemikiran2 tersebut menjadi aksi nyata yang membangun.
salam,
Helvry
Saya sendiri bukan mahasiswa (lagi) dan bukan penduduk kota Bandung turut menikmati sebagian kecil acara 100 tahun pemikiran albert camus di hari terakhir (28 november 2013). saya beruntung bisa mengikuti diskusi dengan bapak gunawan muhammad serta membeli beberapa buku tentang albert camus di IFI Bandung.
Simposium seperti ini wajib dilestarikan. Saya berharap masa-masa mendatang, panitia menggali pemikiran-pemikiran sutan takdir alisjahbana, bung hatta, atau tokoh pemikir Indonesia lainnya, supaya masyrakat kita semakin teredukasi serta mengembangkan pemikiran2 tersebut menjadi aksi nyata yang membangun.
salam,
Helvry