
Belakangan ini banyak mencuat kasus yang diakibatkan ketidakbijakan segelintir oknum dalam menggunakan media sosial. @kemalsept contohnya, ia yang menyinggung dengan kasar yang diarahkan kepada kota kembang. Hal ini pun sempat terjadi pada Kuswan, salah seorang mahasiswa Jurnalistik 2010, beberapa bulan lalu. (Ilustrasi: Net)
Suaramahasiswa.info-Bandung, Bila mengingat media sosial mungkin masih jelas di benak kita tentang kasus yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir dari Fikom, Kuswan. Akibat dari unggahannya di Path, membuat sang dosen pembimbing skripsi tak mau mengajarnya lagi. Keluh kesah mahasiswa bidang kajian jurnalistik ini dianggap tak beralasan oleh Santi Indra Astuti selaku dosen pembimbing.
Kasus seperti Kuswan pun kini terulang kembali, namun sekarang menimpa akun twitter @kemalsept. Pada akunnya tersebut Kemal menuturkan kata-kata penghinaan terhadap kota Bandung dan Ridwan Kamil. Tak khayal, tweet-nya kepada walikota Bandung tersebut menuai kecaman dari berbagai pihak. “Agak kesel juga ya dengernya, dia kayak yang paling tau dan paling bener aja gitu. Ngomongnya suka gak dipikir dulu,” ungkap Tiesya mahasiswa Unpad ini.
Tak hanya satu akun yang melontarkan kata-kata kasar di jaring sosial pada RK, tercatat ada dua akun lainnya yang melakukan hal serupa yaitu @_prima_7 dan @ErwinPartII2. Ridwan Kamil yang merasa tak terima dengan hinaan tersebut melaporkan ketiga orang itu ke Polrestabes Bandung. Dalam laporan itu, Emil menilai para akun tersebut menista lewat tulisan dan pencemaran nama baik sesuai Pasal 27 ayat 3 UU RI No.11 tahun 2008 tentang ITE dan Pasal 311 KUH Pidana.
Identitas asli dari ketiga pemilik akun sosial tersebut kini masih diselidiki oleh pihak berwajib. Banyak pihak yang ingin masalah ini cepat terungkap dan selesai agar tidak terulang lagi dikemudian hari. Salah satunya Yudha Triwibowo, mahasiswa Hukum Unisba yang berharap agar orang tidak sembarangan menggunakan media. “Semoga orangnya cepat ketemu dan hal ini bisa dijadikan pembelajaran untuk banyak orang agar gak sembarangan ngoceh di media sosial karena segala sesuatu itu pasti ada risikonya,”. Tutur Yudha mahasiswa Hukum Unisba (Winda R./SM)