Seorang mahasiswi sedang mengaji di masjid AL Asy’ari Unisba Jl. Tamansari No. 1 Bandung pada Senin (13/03/2017). Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir yang menggagas Gerakan Kampus Nusantara Mengaji, justru telah dilakukan Unisba sejak lama. Pesantren dan PAI tujuh semester merupakan program perealisasian gerakan ini.
Suaramahasiswa.info, Unisba – Gerakan Kampus Nusantara Mengaji yang digagas Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir, terselenggara di empat puluh perguruan tinggi negeri Indonesia. Ketua Lembaga Studi Ilmu pengetahuan dan Pengembangan Kepribadian(LSIPK) Wildan Yahya, mengungkapkan jika gerakan ini justru telah ada sejak lama dan menjadi budaya di Unisba.
Gerakan yang ditujukan untuk revolusi mental serta mengantisipasi radikalisme dalam kehidupan mahasiswa, menurut wildan di kampus biru hadir dalam bentuk pesantren. Ia menjelaskan jika pesantren menjadi media mahasiswa mengaji. Bahkan, bisa mengaji adalah salah satu syarat lulus menjadi sarjana Unisba.
Dosen Fakultas Syariah Tamyiez Dery mengungkapkan, bahwa dalam mengaji tahapannya banyak. Ia memaparkan jika membaca, memahami terjemahan, dan mendalami Al-Quran merupakan tingkatan belajar mengaji. “Paling tidak gerakan ini sampai ke tahap membaca, memahami dan pengaplikasian, maka akan tercipta generasi yang lebih baik lagi,” ujarnya.
Sedangkan mahasiswa Tarbiyah 2016 Bintang Sri Madewa mengatakan jika ia hanya merasa belajar membaca Al-Quran dengan baik dan benar saat pesantren. “Kalau untuk memahami dan mendalami kurang begitu diajarkan. Kita hanya belajar membaca sesuai tajwid yang benar,” tuturnya.
Namun Tamyiez menambahkan jika di Unisba memiliki program Pendidikan Agama Islam (PAI) tujuh semester dan mentoring. Dalam program ini mahasiswa diajarkan aqidah, Al-qur’an dan ibadah, muamalah, akhlaq, wawasan islam, sejarah islam serta islam dan disiplin ilmu. “Gerakan Kampus Nusantara Mengaji di Unisba secara formal ialah PAI tujuh semester,” pungkasnya. (Puteri/SM)