Seorang mahasiswa tengah melihat sebuah surat edaran pada Jumat (30/12/2016). Surat edaran tersebut berisi meminta bantuan dana sebesar Rp 370.000 per mahasiswa. Ini keluar karena adanya masalah perutangan pasca Inaugurasi Fikom 2015. (Amelia/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba – Selasa lalu (5/12) seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unisba angkatan 2015 menerima surat edaran perihal bantuan dana sebesar Rp 370.000 per mahasiswa. Uang tersebut dipungut karena belum lunasnya pembayaran kepada sejumlah pihak pasca diselenggarakannya Inaugurasi Fikom angkatan 2015. Saat ditanya hal ini pada Jumat (30/12) di ruangannya, Wakil Dekan II Fikom Muthiah Umar mengiyakan surat edaran itu.
Muthiah mengungkapkan, surat bantuan dana tersebut berawal dari laporan panitia inaugurasi 2015. Di mana acara tersebut menyisakan masalah perutangan sebesar Rp 130.000.000 karena menurut Muthiah ada sponsor rokok yang mundur. Ia menjelaskan, bila panitia inaugurasi 2015 meminta tolong kepada fakultas untuk membagi rata dana tersebut dengan mengeluarkan surat edaran agar diketahui dan nantinya tidak menjadi pertanyaan.
“Kami diminta, biar orang tua mereka (baca: mahasiswa) percaya bahwa ini bukan akal-akalan mahasiswa. Namanya juga orang tua, suka mempertanyakan ini-itu. Jadi disurat tersebut tertera kesepakatan atas pimpinan saja,” ungkapnya.
Mengenai jumlah uang yang harus dibayar kepada pihak tertentu, Muthiah menyerahkan kembali hal tersebut pada panitia inaugurasi. “Utangnya berapa? Kepada siapa saja? Cara mengembalikannya gimana? Itu gimana mereka saja dengan tanggung renteng. Saya hanya memberikan prinsip-prinsip saja, kumpulkan uang sejumlah yang kalian (baca: mahasiswa) butuh, tidak boleh dilebih-lebihkan itu aja, yang penting mereka bertanggung jawab. Yang berhak menanyakan berapa utangnya itu orang tua mereka. Saya pribadi dan Pak Dekan mengapresiasi mereka dengan cara ikut memberika bantuan sama seperti lainnya,” ungkapnya.
Ketua Angkatan Fikom 2015 Bijaktama Syahasal Putra mengamani hal yang diungkapkan Muthiah. Bila surat edaran tersebut turun karena mereka meminta tolong kepada pihak fakultas untuk melegalitasinya. “Maka kita mengadakan mubes (Musyawarah Besar) angkatan 2015, bagaimana cara mencari solusinya. Dari situ, beberapa mahasiswa sudah sepakata untuk udunan. Tapi di sisi lain masing-masing orang tua belum percaya kalau surat tersebut turun dari pihak fakultas,” tuturnya. (Amelia/SM)