Nanang Ahmad Firdausi tengah diwawancarai ketika ditemui di depan Sekretariat BEMU Gedung Aquarium Tamansari 1 pada Kamis (24/10/2019). (Shella Mellinia/ SM)
Suaramahasiswa.info – Memasuki tahun ke 20 di Unisba, Nanang Ahmad Firdausi atau yang akrab dipanggil Ama akan pensiun dalam waktu dekat, namun Masa Pesiapan Pensiun (MPP) sudah dimulai dari akhir bulan November 2019. Sosok bapa bagi mahasiswa di Unisba ini adalah Kepala Bagian Kemahasiswaan yang juga sudah menjabat kurang lebih empat tahun lamanya.
Terlahir pada 24 November 1964, lelaki kelahiran Bandung ini tumbuh di tengah keluarga yang agamis. Ketika lulus sekolah dasar, ia mengaku orang tuanya memberikan dua pilihan untuk melanjutkan pendidikannya. Mengikuti pesantren di Gontor atau bersekolah di Bandung, itulah pilihan sulit yang harus Ama pilih.
Kemudian Ama memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Bandung. Di tahun yang berbeda, ia menempuh pendidikan di dua sekolah, yaitu Pesantren Persis dan SMPN 3 Bandung. “Waktu itu menurut saya sekolah dua di Bandung itu menjadi pilihan paling pas, dari pada jauh dari orangtua juga,” ucap Ama. Setelah lulus tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Ama pun melanjutkan pendiidkannya di SMAN 7 Bandung.
Awal Mula Bergabung dengan Unisba
Melanjutkan pendidikannya, Ama memilih Unisba sebagai pelabuhan ilmu pertamanya dan bergabung dengan Fakultas Teknik Planologi. Selepas menempuh jenjang perguruan tinggi, Ama sempat bekerja sebagai developer dan memulai usaha sendiri di kontraktor.
Akhir 1997, kebetulan Ama melakukan silaturahmi ke Unisba. Ia menceritakan, silaturahmi tersebut merupakan awal dari ketidaksengajaan ikatan bekerja di Unisba dengan dirinya. “Waktu itu ada yang ngajak dan itu kakak tingkat saya di Unisba. Jadi, saja ikut bantu-bantu disana.”
Berawal dari sekedar magang, keterikatan untuk bekerja dengan Unisba pun terus berlanjut hingga 2002, kemudian ia resmi diangkat bekerja di Unisba. Lanjutnya, menjadi Bagian Umum Unisba merupakan pekerjaan pertama yang ia jalani, hingga kemudian dipindahkan ke Bagian Akademik, Humas Sekretariat Rektorat, dan menetaplah menjadi Kepala Bagian Kemahasiswaan Unisba.
Bukan hanya karena pernah berkuliah dan bekerja di Unisba, rupanya jalinan hubungan Ama dengan Unisba sudah berlangsung sejak lama. Ama menjelaskan kakeknya merupakan salah satu perintis diberdirikannya Unisba. kakeknya merupakan Ketua Umum Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) Cabang Jawa Barat pada masa itu.
Tidak berakhir disitu, ikatan tersebut dilanjutkan oleh sang ayah. Ayah Ama yang bekerja sebagai dosen di Unisba. Istri yang hingga kini mendampinginya pun memiliki ikatan dengan Unisba, yaitu sebagai alumni Unisba. Merasa lucu, tidak lupa ia menyebutkan ketiga anaknya pun turut mengikuti langkahnya dengan berkuliah di Unisba.
Menggambarkan rasa cintanya terhadap Unisba, Ama mengaku pernah membuat status di sosial medianya yang berbunyi, “Saya cinta Unisba. Saya kuliah di Unisba, istri saya kuliah di Unisba. Anak saya kuliah di Unisba. Bapak saya ngajar di Unisba, dan akhirnya saya cinta Unisba,” tuturnya sembari tertawa.
Ormawa dengan Ama
Ketua Paduan Suara Mahasiswa (Pasuma), Robby Suparyogi Eka Rahman menjelaskan dirinya merasa sangat sedih ketika Ama memberitahu Robby bahwa Ama akan segera menanggalkan posisinya. “Jujur saja saya sedih, karena Ama merupakan sosok yang selalu mengayomi kami bahkan lebih dari pimpinan Universitas lain.”
Senada dengan Robby, Ketua Lingkup Seni Budaya Sunda (LSBS), Amalia Nur Islami menggambarkan Ama sebagai sosok ayah bagi LSBS. Ia mengaku merasakan sedih yang mendalam ketika mendengar Ama akan segera pensiun. Mengingat kembali selama menjabat sebagai ketua LSBS, Ia sering kali melakukan diskusi dengan Ama mengenai perkembangan organisasi yang ia pimpin.
“Mewakili anggota LSBS lainnya, kami merasa sangat berterimakasih kepada Ama atas saran, perhatian, dan kasih sayangnya selama ini.”
***
Menutup kisahnya, Ama berpesan pada dasarnya setiap mahasiswa memiliki tugas untuk belajar. Kebahagiaan orangtua pun berada ketika melihat anaknya wisuda. Namun, jangan dilupakan bahwa berorganisasi itu penting. Karena banyak pengetahuan-pengetahuan yang akan diraih. “Sekolah ya sekolah, organisasi ya organisasi, Tinggal pintar-pintar mengatur waktu dan mengatur kalbu.”
Reporter: Shella Mellinia Salsabila
Penulis: Shella Mellinia Salsabila
Editor: Puspa Elissa Putri