Suaramahasiswa.info, Unisba- Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) melakukan aksi unjuk rasa bertajuk “Smash Colonialisme” di depan Gedung Merdeka Jalan Asia Afrika Nomor 65, Braga, Kota Bandung pada Sabtu, (6/7). Tujuan aksi ini adalah untuk mengenang Tragedi Biak Berdarah pada 26 tahun silam hingga menyuarakan isu Palestina.
Koordinator Lapangan (Korlap), Siska Bamulki, menjelaskan bahwa aksi ini menuntut pemerintah untuk menarik operasi militer di Papua Barat dan menghentikan segala bentuk perampasan lahan. Selain itu, tuntutan yang utama, pemerintah memberikan hak kepada Papua Barat dan Palestina untuk menentukan nasib sendiri.
“Pertama, tarik militer dari tanah West Papua, karena militer sendiri tidak mampu menyelesaikan persoalan yang ada di tanah Papua. Lalu, agar menghentikan segala bentuk perampasan lahan di Papua dan Palestina. Tuntutan paling pokoknya adalah memberikan hak menentukan nasib sendiri untuk West Papua dan Palestina,” ujarnya saat diwawancarai pada Sabtu, (6/7).
Lanjut Siska, aksi ini merupakan gabungan dari para mahasiswa di Bandung. Di antaranya, Universitas Langlangbuana (Unla) dan Universitas Sangga Buana Yayasan Pendidikan Keuangan dan Perbankan (YPKP). “Mahasiswa yang ikut berasal dari Bandung, Unla, YPKP, hingga kawan-kawan Indonesia juga yang bersolidaritas dari kawan-kawan pendamping hukum,” tuturnya.
Salah satu massa aksi dari Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Jawa Barat, Deti Sopandi mengatakan bahwa pihaknya membantu dalam hal advokasi penyelenggaraan aksi. Lanjut Deti, tragedi Biak Berdarah yang terjadi pada Senin, (6/7/1998), silam merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh militer pemerintah kepada masyarakat Papua.
Adanya aksi ini, Siska berharap agar masyarakat dapat bersatu untuk melawan penindasan. “Semoga apa yang kami suarakan bisa didengar oleh semua masyarakat yang memang hari ini kan bisa dilihat bahwa penindasan terus terjadi tapi banyak rakyat yang memilih bungkam dan diam,” ucapnya.
Senada dengan Siska, Deti berharap masyarakat Papua segera mendapatkan apa yang mereka harapkan. “Untuk kemerdekaannya, kami akan terus bersolidaritas untuk menyuarakan pendapatnya karena hak menyatakan pendapat, bersuara, dan berekspresi itu dilindungi oleh konstitusi,” tegasnya.
Reporter: Rizki Khisban/SM
Penulis: Muhammad Nurjana/SM
Editor: Muhammad Fikri Fadilah/SM