Ilustrasi : Net
Selamat sore, ah iya, sebentar lagi senja menyapa. Tidak lupa membawa sifatnya yang mencerahkan lagi membahagiakan. Matahari bagai tak bosan berubah wajah, dari awal permulaan menyehatkan, diam di tengah ubun-ubun yang membikin terik, hingga sekarang, meneduhkan. “Bumi yang mengelilingi matahari, dialah sebagai pusat tata surya.” Mungkin itu kalimat yang disampaikan Galileo pada petinggi gereja di Roma pada 1611 silam. Sambil menggunakan teleskop, ia memperlihatkan bahwa matahari pusatnya Bima Sakti. Tapi apa yang ia dapat? Hukuman. Pemikiranya dianggap terlalu liar, tidak searah dengan geraja. Ah Galileo, itu tidak seberapa, Seno Gumira Ajidarma menggambarkan matahari lebih manja, tak main-main, Alina diceritakan saat itu dihadiahi bagian dari Matahari, bernas dalam cerpen; Sepotong Senja Untuk Pacarku. Seperti itulah Seno memainkan peran surya.
Matahari dan peran Ibu kita anggap sama layaknya gambaran Galileo dan Seno, sebagai pusat dan sumber kebahagiaan. Waktu sembilan bulan bukanlah waktu sebentar untuk sebuah penantian, perjuangan menyeret si buah hati kemana saja adalah abdi paripurna dari seorang manusia. Ah Ibu, Ibu seluruh semesta raya, izin kan aku meracau pesan yang tidak romantis untukmu.
Hingga tangis bayi pecah, sampai liang lahat terbeliak, satu nama wakil Tuhan yang hakiki, adalah Ibu. Nyawanya tak seberapa dibanding dengan si buah hati, berani mati, siap ‘berdarah-darah’. Ah Ibu, dekapan Surga adalah ganjaran pantas untukmu.
Sungguh, tak bisa aku membuat tulisan ‘lengkap’ untuk melukiskan kisah seorang Ibu. Tapi beberapa kawan Unisba, mentip pesan untukmu Bu…
- Ibu, Selalu Menjadi Nomor Satu
Jika diangkakan dan dikedepankan, engkau layak jadi nomor satu. Begitulah Zahra Riyadhyna, mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi menggambarkan seorang Ibu.
“Makasih udah selalu menjadi orang yang nomor satu, yang membela anaknya. Terimakasih sudah selalu menjaga, mendidik dengan cara yang asik, jangan sedih nanti kalau anakmu nanti nikah cepet Bu.”
- Selalu Sayang Terus ya Bu
Sayang adalah ekspresi sempurna dari seorang Ibu, pesan dan harap ini disampaikan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran 2013, Maynanda Primadhya.
“Semoga Ibu rizkinya dilancarkan, semakin sayang sama anak-anaknya, marah-marahnya dikurangin, terus aku mau minta maaf deh.”
- Tak Jemu Mengurusi Buah Hatimu
Bosan adalah bahasa yang tidak pernah dikenal seorang ibu dalam mengurus si buah hati. Hasyifah mahasiswa Fakultas Ekonomi, sungguh berharap malaikat ‘dunia’nya tak jemu tuk mengurus dirinya.
“Bunda sehat terus, enggak bosan-bosan ngurus aku yang bandel. Aku pengen Bunda bisa lihat aku sukses dan bisa dibanggain.”
- Terimakasih Ibu
Terimakasih mungkin bahasa paling menggenapkan untukmu Bu. Tanty Dwi M., mahasiswa Fakultas Psikologi ingin menyampaikan rasa terimakasihnya.
“Terimakasih buat Mamah yang udah melahirkan dan membesarkan aku dengan sangat baik, bisa sabar ngadepin tingkah laku aku dengan sangat sabar sampai detik ini. Terimakasih udah mengajarkan banyak hal yang enggak bisa aku dapetin di sekolah, Mamah pokonya jadi tujuan aku hidup aku.”
Oh iya, Tanty juga ingin menyampaikan lain hal, “Aku Sayang Mamah.”
Pesan ini aku proklamirkan untuk semua Ibu di semesta raya. Gilang gemilang layaknya matahari, sungguh berbelit dan tidak romantis, tapi ini hadiah kecilku untukmu. Atas nama anakmu, yang dulu pernah menjadi bagian dari tubumu, dan kini menjadi bagian jiwamu. (Insan/SM)