
Suaramahasiswa.info, Unisba– Beberapa organisasi yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Demokratik (Kritik) melakukan seruan aksi bertajuk “Semua Tidak Bermutu” di Taman Braga Jl. Braga, Kota Bandung, pada Selasa (13/02). Aksi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu).
Koordinator Lapangan (Korlap) Yusup Septian menjelaskan jika aksi ini merupakan kampanye untuk membuka pandangan masyarakat terhadap ketiga Pasangan Calon (Paslon) presiden pada Pemilu 2024. Menurutnya, masyarakat harus peka terhadap nilai-nilai yang diperjuangkan oleh ketiga paslon.
“Saat ini masyarakat kita masih sangat tabu untuk tidak memilih ya karena sering dikaitkan dengan halal haram, kemudian ditakut-takuti dengan pidana, padahal untuk tidak memilih itu juga sudah termasuk sikap politik,” ujarnya saat diwawancarai pada Selasa (13/02).
Beberapa tuntutan dilemparkan bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Di antaranya, menuntut diregulasi partai politik yang dinilai memiliki persyaratan sangat sulit, menyerukan kepada masyarakat untuk tidak memilih (golput, red) ketiga paslon serta menyerukan untuk segera adili partai Golongan Karya (Golkar) dan jenderal pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
Aksi ini diikuti oleh sekitar 45 peserta dari beberapa organisasi, seperti Aliansi Mahasiswa Papua, Pembebasan Kolektif Kota Bandung, Sekolah Bersama (Sekber), Aksi Kamisan Bandung, dan beberapa individu lainnya. ”Aksi ini sudah kami rencanakan dari satu minggu yang lalu, kami coba melakukan konsolidasi dengan teman-teman yang punya satu pandangan, setelah pemilu ini juga kami tidak berhenti karena tidak ingin terjebak dalam hiruk pikuk lima tahun sekali ini,” tambah Yusup.
Salah satu massa aksi, Aradhea menilai aksi ini positif karena mengusung kolektif-kolektif di Bandung dan mengajak orang-orang untuk berani menyuarakan aspirasinya. Oleh karena itu, ia turut hadir dalam aksi ini untuk menyuarakan aspirasinya terhadap sistem pemerintahan Indonesia yang sedang kritis.
“Saya merasa kesal dengan sistem pemerintahan yang semena-mena, saya juga tidak ingin ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) ini dijadikan sebagai ajang bisnis,” ungkap Aradhea pada Selasa (13/02).
Senada dengan Aradhea, salah satu Aliansi Mahasiswa Papua, Mek Sol, merasa jika aksi ini merupakan bentuk kesadaran masyarakat terhadap adanya penindasan. Di samping itu, menurutnya praktek demokrasi di Indonesia saat ini menjadi moralitas, otoriter, dan tidak mementingkan kepentingan rakyat.
Reporter: Alfira Putri Marcheliana Idris & Muhammad Nurjana/Job
Penulis: Muhammad Nurjana/Job
Editor: Melani Sri Intan/SM