Sejumlah mahasiswa yang berambut gondrong asyik berbincang-bincang di depan Gedung HJ. Kartimi Kridoharsodjo Unisba, pada Jumat (12/5/2017). Dalam dunia perkuliahan tidak ada aturan larangan panjang atau pendeknya rambut laki-laki, sehingga sejumlah mahasiswa berminat untuk memanjangkan rambutnya.
Suaramahasiswa.info, Unisba – Selama masa jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), seorang pelajar tidak diperbolehkan memiliki rambut yang panjang. Memasuki dunia perkuliahan, aturan panjang atau pendeknya rambut laki-laki tidak memiliki batasan. Tak asing bila kini banyak kalangan mahasiswa yang mengubah penampilannya untuk berambut gondrong.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dikatakan rambut gondrong apabila seorang lelaki sudah lama tidak memangkas rambutnya. Rambut gondrong sendiri masih tidak bisa dinyatakan secara kuantitatif, tidak adanya batasan minimum ukuran yang dapat disebut rambut gondrong.
Di lingkup Universitas Islam Bandung (Unisba), banyak ditemui mahasiswa berambut gondrong. Beragam tanggapan mahasiswa Unisba yang menginginkan rambut gondrong. Berikut alasannya;
- Meningkatkan kepercayaan diri.
Percaya rambut gondrong dapat meningkatkan percaya diri? Hal ini dialami oleh salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan 2015, Leo Saputra. Ia sepakat rambut gondrong dapat menimbulkan kepercayaan diri. “Menurut saya ya, saya percaya diri ketika rambut saya gondrong,” ujar Leo saat diwawancarai pada Kamis (11/5).
- Terinspirasi dari tokoh pemusik.
Kamu punya tokoh idola musisi yang berambut gondrong? Apa salahnya mencoba meniru gaya mereka. Hal ini pula menjadi salah satu alasan tersendiri bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan 2015, Adira Gafurnama. “Kalau saya terinspriasi dari tokoh pemusik sih, salah satunya vokalis dari band Diiv, Zachary Cole Smith,” ungkap Adira seraya menyisir rambutnya yang menutupi mata dengan tangan .
- Merasakan sensasi tersendiri.
Bagi para mahasiswa yang belum pernah merasakan bagaimana rasanya mempunyai rambut gondrong, hal ini tidak dapat diremehkan. Tantangan tersendiri bagi para lelaki berambut gondrong ini. Salah satunya dialami mahasiswa Fakultas Syari’ah angkatan 2014, Dita Haditama yang merasa rambut panjangnya ini punya sensasi tersendiri.
“Awalnya sih saya hanya coba-coba saja, lihat temen-temen pada gondrong, dan ternyata sensasinya lain. Tidak mudah juga merawat rambut gondrong ini,” ucap Dita.
- Ajang deklarasi bahwa orang tidak bisa dilihat dari penampilannya.
Mahasiswa Fakultas Teknik angkatan 2014, Aditria Muharram mengungkapkan, dirinya mendapatkan simpati yang buruk dari lingkungannya atas rambut gondrong yang dimilikinya. Namun, ia berpendapat penilaian seseorang tidak hanya dilihat dari penampilannya. “Saya sendiri ingin mendeklarasikan, rambut laki-laki yang gondrong tidak mencerminkan perilaku yang buruk,” tuturnya.
Itu empat alasan para mahasiswa di Unisba yang menginginkan penampilan rambutnya gondrong. Mengutip ucapan mahasiswa Fakultas Teknik 2014, Aditria Muharram, “Orang itu tidak bisa dilihat dari penampilannya, tapi kita harus lihat dari attitude-nya.” (Kevin Maulana/SM).