Salah satu kegiatan street soccer dalam Festival olahraga bertajuk Sport For Development yang diadakan Rumah Cemara, Minggu (22/12) di Plaza Balai Kota Bandung. Acara tersebut berhasil menyedot partisipasi masyarakat umum guna mengikis stigma tehadap komunitas termarjinalkan. (Adil Nursalam/SM)
Suaramahasiswa.info, Bandung – Rumah Cemara yang merupakan organisasi berbasis komunitas meningkatkan kualitas hidup orang-orang termarjinalkan, menyelenggarakan Festival olahraga bertajuk Sport for Development Festival, Indonesia Tanpa Stigma. Tema tersebut diambil untuk lebih memperkenalkan konsep Beyond Sport kepada masyarakat. Acara yang juga berkaitan dalam memperingati hari HIV/AIDS sedunia tersebut, digelar di Plaza Balai Kota Bandung, Minggu (22/12).
Festival olahraga ini ikut mengadakan pertandingan street soccer, rugby, tinju, dan lomba lari 5 K, 10 K, dan 21 K yang diikuti oleh para penderita HIV/AIDS (ODHA), pecandu narkoba, penderita down syndrome, waria dan Masyarakat Umum. Walikota Bandung Ridwal Kamil, ikut menghadiri festival tersebut, beliau pun sempat membuka acara, mengikuti lari 5 K, dan bermain street soccer selama 5 menit bersama komunitas-komunitas yang selama ini sering termarjinalkan.
Konsep Beyond Sport yang diusung panitia pelaksana, pemenang peserta lomba lari ditentukan bagaimana peserta menunjukkan support dan solidaritas tertinggi pada saat belari. Selain itu selebrasi ketika hendak mendekati finish akan menjadi pertimbangan menjadi pemenang.
Animo yang ramai dan penuh semangat ditunjukkan masyarakat, Rumah Cemara mencatat 585 orang mengikuti lomba lari, belum lagi dengan peserta festival street soccer, rugby dan tinju. “Peserta lomba lari itu kan terdaftar 585, yang terlibat di street soccer ada 120, dari tim tinju 6 orang, belum lagi orang yang iseng ikutan, rugby ada 10 orang, di total sekitar 700 orang lebih,” Papar Adit Tarlim selaku Grant Manager Rumah Cemara.
Aldi seorang pelajar yang mengikuti lomba lari menanggapi acara ini dengan positif. Ia mengungkapkan hidup yang penuh dengan perbedaan bukan untuk menjadikan kita membeda-bedakan. “Acara yang bagus bisa menyatukan masyarakat umum tanpa pandang bulu, saya senang bergabung dengan mereka, mengikuti solidaritas ini,” ungkap Aldi yang masih bersekolah di salah satu SMA Negeri di Bandung.
Adit Tarlim pun mengharapkan masyarakat umum semakin tahu akan informasi yang benar mengenai HIV/AID (ODHA). Ia menganggap stigma karena ketakutan tidak seharusnya ada. “Ada beberapa ODHA yang kewalahan saat tadi lomba lari, dan mereka dibantu oleh yang bukan ODHA, dirangkul pada saat finish, itu merupakan sebuah aksi nyata bahwa di olahraga ini tidak ada stigma, sangat kami harapkan bahwa stigma itu semakin lama semakin terkikis,” harap dan tutupnya. (Adil Nursalam/SM)