
Situasi massa aksi dari Keluarga Besar Mahasiswa Unisba (KBMU) ketika melakukan long march dari Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) Jl. Tamansari No.1, Bandung menuju Gedung Sate, Jl. Diponegoro, Bandung pada Senin, (20/10). (Foto: Siska Vania/SM).
Suaramahasiswa.info, Unisba- Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Islam Bandung (KBMU) menggelar aksi bertajuk 1 Tahun Evaluasi Prabowo Gibran di Gedung Sate, Jl. Diponegoro No.22, Kota Bandung pada Senin, (20/10). Aksi ini bertujuan untuk menyuarakan keresahan masyarakat Indonesia terkait permasalahan yang terjadi selama satu tahun kinerja Prabowo dan Gibran.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Koordinator Lapangan (Korlap), Kamal Rahmatullah mengungkapkan bahwa aksi ini dilatarbelakangi satu tahun kinerja Prabowo dan Gibran. “Pertama, bertepatan dengan satu tahun menjabatnya Prabowo dan Gibran. Juga rasa-rasanya sebagai mahasiswa pun hari ini harus berbicara dan melihat daripada permasalahan yang pada akhirnya kita membawa keresahan tersebut begitu,” jelasnya pada Senin, (20/10).
Sebelumnya, KBMU telah mengadakan diskusi yang dipantik oleh suluruh Ketua Badan Eksekutif (BEM) Fakultas Unisba pada Jumat, (17/10) serta konsolidasi disertai pembahasan Teknik Lapangan (Teklap) pada Minggu, (19/10). Melalui kegiatan tersebut setiap BEMF membuat kajian akademik berisi tuntutan aksi yang akan disatukan untuk akhirnya menjadi tuntutan KBMU.
“Tuntutan kami sangat banyak jadi akhirnya kami buatkan kajian akademik dari masing-masing fakultas begitu, ada yang berbicara mengenai aspek ekonomi maupun juga kesehatan ataupun yang lainnya begitu. Jadi, difokuskannya sebenarnya tuh, di lima aspek yang pertama aspek ekonomi, aspek pendidikan, aspek sosial, aspek kesehatan, juga satu lagi saya lupa ada lima aspek pokoknya,” ujarnya.
Lanjutnya, pelaksanaan sempat terlambat selama dua jam akibat menunggu massa yang masih menjalani perkuliahan. Meskipun begitu, aksi berjalan dengan lancar dan diramaikan oleh berbagai Universitas di Bandung Raya, Aliansi Mahasiswa Papua, serta berbagai elemen masyarakat lainnya. Nantinya, akan dilakukan evaluasi serta konsolidasi ulang untuk agenda pengadaan aksi lanjutan.
Fikri Albashri, perwakilan BEMF Syariah Unisba mengungkap alasannya mengikuti aksi ini karena momentum satu tahun Kabinet Merah Putih Prabowo dan Gibran. “Setiap pemerintah setiap kabinet mempunyai kekurangan dan kelebihan adapun kekurangannya bisa kita jadikan pembelajaran progres-progres yang dinyata belum maksimal harus terus dievaluasi.” ujar Fikri pada Senin, (20/10).
Disisi lain, salah satu Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Edison Kobogau menjelaskan alasannya mengikuti aksi ini karena rezim Prabowo yang dinilai melakukan kekerasan, diskriminatif, serta merenggut Hak Asasi manusia (HAM) dalam menjalankan pemerintahannya yang jauh dari kata demokrasi. Sehingga, ia berharap HAM bisa terwujud di Indonesia serta pembebasan Tahanan Politik (Tapol) yang ditahan.
“Kalo untuk saat ini diharapkan untuk pemerintah prabowo membebaskan semua Tapol Papua bahkan Tapol Indonesia dan memberikan hak kepada bangsa Papua. Stop diskriminasi aktivis, merampas hak masyarakat adat melihat dari tanah dari rakyat yang melawan rakyat tani dan lain-lain serta stop merampas ruang hidup mereka,”harapnya pada Senin, (20/10).
Terakhir, Kamal berharap apa yang menjadi permasalahan satu tahun kabinet merah putih dapat dievaluasi dan dibenahi. “Terkait apa yang menjadi keresahan apa yang menjadi permasalahan selama satu tahun kabinet merah putih itu dapat juga dievaluasi dapat juga dibenahi dengan adanya satu langkah konkrit untuk akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia,” harap Kamal.
Reporter: Violetta Kahyang Lestari Fauzi/SM
Penulis: Violetta Kahyang Lestari Fauzi/SM
Editor: Sopia Nopita/SM