Pengunjung tengah memotret pameran foto yang diselenggarakan Koalisi Melawan Limbah di Taman Musik, Sabtu (21/5). Pameran foto ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang diselenggarakan Koalisi Melawan Limbah, diinisiasi oleh Pewarta Foto Indonesia, untuk menolak limbah B3 yang telah mencemari sungai-sungai seperti Citarum atau kawasan Rancaekek. (Hasbi/SM)
Udara bersih dan air jernih merupakan salah dua hak yang masyarakat harus lindungi serta perjuangkan. Terutama sungai. Sungai tak hanya dijadikan aspek keindahan tetapi manfaat lainnya seperti, pembangkit tenaga listrik, air minum, irigasi dan masih banyak lagi. Namun, apakah kita akan berdiam diri saja jika sungai kita semakin krisis?
Inilah yang dilakukan oleh empat organisasi yang tergabung dalam koalisi ‘Melawan Limbah’. Diantaranya, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Barat (WALHI), Paguyuban Warga Peduli Lingkungan (PAWAPELING), Greenpeace, dan Lembaga Pemberdayaan Hayati Bandung (LPH). Kampanye yang diselenggarakan Sabtu (21/5) bertempat di Taman Musik Bandung ini digelar tiga hari menjelang putusan sidang gugatan Koalisi Melawan Limbah yang diumumkan pada Selasa (24/5) di PTUN Bandung. Kasus Rancaekek serta praktik kotor dan tiada pertanggungjawaban dari industri menjadi permasalahan yang diperdebatkan.
Tema “Dari Kita Untuk Citarum” dipilih untuk membebaskan Sungai Citarum dalam kehausan jernihnya air, racun atau limbah. Selain itu, memberikan kesadaran kepada masyarakat mengenai permasalahan pencemaran bahan berbahaya dan beracun (B3). Sebelumnya, hukum mengenai B3 tertera dalam peraturan pemerintah No.101/2014 tentang pengelolaan limbah berbahaya dan beracun.
Longgena Ginting, Kepala Greenpeace Indonesia menegaskan bahwa Sungai Citarum dinobatkan sebagai sungai terpolusi di dunia. Adanya sikap pembiaran dalam penanganannya selama puluhan tahun, menyebabkan ratusan hektar sawah tercemar berat juga menimbulkan kerugian untuk masyarakat sekitar. “Dampaknya memang tidak langsung tetapi jika terus diakumulasikan nantinya akan mengakibatkan peperangan, karena air bisa saja terjadi,” sapa Bang Ginting ini.
Diskusi publik pun diadakan dengan mengundang Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar. Tak hanya itu, sejumlah foto karya wartawan foto Bandung dan pewarta foto Indonesia Bandung juga dipamerkan guna memberi potret pelbagai kondisi Citarum saat ini. Beberapa komunitas turut memeriahkan seperti Storytelling The Winson Family, Gombong Nyora dan yang paling memukau saat itu aksi dari anak-anak cilik Lamda Art Teater Anak. Mereka menampilkan cerita tentang hutan yang mulai dibabat kerindangannya oleh tangan-tangan nakal. Lewat penjiwaan karakter mereka, seakan energi optimistis gambaran masa depan sedang diciptakan.
Rangkaian ini ditutup dengan penampilan Deugalih and Folks lewat beberapa lagunya yang memiliki lirik menyentuh kondisi sosial masyarakat.
Salah satu penonton, Evi (32) merespon pertunjukan tadi dengan kebahagiaan tersirat. Penanaman kesadaran menjaga lingkungan sejak dini serta edukasi sosial diaplikasikan dalam kegiatan positif. “Bagus buat anak saya biar belajar enggak buang sampah sembarangan,” jelasnya. (Cynthia.N/kontributor)